PENGEMBANGAN
SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA DINI
Dosen Pengampu: Mustika Dewi
Muttaqien, M.Si
“Keterkaitan
Perkembangan Sosial Emosional dengan Perkembangan Lainnya”
Disusun
Oleh :
PUTRI ADIPURA
2015330017
SEMESTER 5
KELAS REGULER
JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK
USIA DINI
SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM AL-HAMIDIYAH
JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji hanya bagi Allah Swt
Tuhan semesta Alam. Allah yang telah memberikan nikmat iman dan islam kepada
kita. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada baginda Nabi Besar Muhammad
Saw, keluarganya, sahabatnya, dan kita sebagai generasi penerus hingga akhir
zaman.
Alhamdulillah saya dapat berhasil
menyelesaikan sebuah makalah tentang ”Keterkaitan Perkembangan Sosial Emosional
dengan Perkembangan Lainnya”.
Demikian pula dengan makalah ini,
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun
tetap saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Depok, 9 Oktober 2017
Putri Adipura
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perkembangan adalah suatu proses perubahan yang berlangsung secara teratur
dan terus menerus, baik perubahan itu berupa bertambahnya jumlah atau ukuran
dari hal-hal yang telah ada, maupun perubahan karena timbulnya unsur-unsur yang
baru. Perkembangan meliputi perkembangan fisik, perkembangan emosi,
perkembangan kognitif, dan perkembangan psiko sosial (Harlimsyah, 2007).
Masa perkembangan anak merupakan suatu hal yang khusus, sebagai masa bertumbuh
dan berkembangnya semua aspek dan fungsi yang ada dalam diri anak, termasuk
perkembangan fisik, intelektual dan sosial yang berlangsung secara serentak dan
seimbang (multidimensional).
Masa1 usia dini merupakan “golden
ageperiod”, artinya merupakan masa emas untuk seluruh aspek
perkembanganmanusia, baik fisik, kognisi emosi maupun sosial.
Lickona (dalam Woolfolk, 2006) mengatakan bahwa variasi dalam situasiakan
menghasilkan variasi dalam perilaku. Suasana yang dibangun dalam satu situasi
yang mendekati kehidupan yang sebenarnya, dapat menyebabkan anak menjadi kaya
akan pengalaman. Anak tidak saja berpikir dan bertindak dari sisi kognitifnya
saja, namun juga menggunakan atau mengasah ranah non kognitifnya. Dengan
demikian mereka dapat berkembang secara optimal menjadi manusia seutuhnya.
2. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana keterkaitan perkembangan sosial emosional
dengan perkembangan fisik, mental maupun psikoligis anak?
2.
Bagaimana keterkaitan perkembangan sosial emosional
dengan aktivitas dan kehidupan anak?
3.
Bagaimana keterkaitan perkembangan karakter dengan
aktivitas dan kehidupan anak?
3. Tujuan Masalah
1.
Memahami keterkaitan perkembangan sosial emosional
dengan perkembangan fisik, mental maupun psikoligis anak.
2.
Memahami keterkaitan perkembangan sosial emosional
dengan aktivitas dan kehidupan anak.
3.
Memahami keterkaitan perkembangan sosial emosional
dengan aktivitas dan kehidupan anak.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Keterkaitan
Perkembangan Sosial Emosional dengan Fisik, Mental, dan Psikologis Anak
Perkembangan sosial emosional
merupakan suatu perkembangan yang sulit dipisahkan secara tegas satu sama
lainnya. Kelekatannya semakin kuat apabila ekspresi dari perpaduan keduanya
dimunculkan oleh anak-anak yang berada pada kelompok usia dini atau Taman
Kanak-Kanak (TK).
Hal yang terpenting bagi pendidik (
guru dan orang tua ) adalah memahami makna keterkaitan dan dapat memberi
inspirasi dalam memfasilitasi perkembangan anak kearah yang lebih baik, yaitu
menuju kematangan yang sesuai dengan potensi anak.
A. MENGENALI
SOSIAL EMOSIONAL KAITANNYA DENGAN FISIK, MENTAL, DAN PSIKOLOGIS ANAK
Tampilan emosi merupakan suatu
bentuk komunikasi atau dengan kata lain ekspresi emosi memungkinkan anak
bersosialisasi dalam suatu lingkungan sosial yang dimasukinya. Melalui
perubahan mimik wajah dan fisik yang menyertai emosi, anak-anak dapat
mengkomunikasikan perasaan mereka kepada orang lain dan mengenal berbagai jenis
perasaan orang lain. Dengan ekspresi emosi, mereka dapat menunjukkan rasa
kegembiraan, kebencian, ketakutan, dan sebagainya.
Tampilan emosi pada anak dapat kita
jadikan dasar dalam memahami perkembangan mental dan psikologis anak. Secara
mental, tekanan emosi akan mempengaruhi konsentrasi, kemampuan mengingat, dan
menyerap pengalaman belajar. Begitu pula tekanan emosi pada anak akan
mempengaruhi motivasi, minat, dan ekspresi psikologis lainnya.
Berbagai bentuk ekspresi emosi pada
anak sangat perlu dikenali oleh orang tua, guru, atau pembimbing anak. Emosi
anak dengan segala ekspresinya merupakan sumber penilaian diri dan sosial anak.
Orang dewasa dapat menilai anak dari cara anak mengekpresikan emosi dirinya.
Orang dewasa juga dapat menilai perkembangan emosi anak serta jenis dan bentuk
emosi apa saja yang dominan muncul atau ditampilkan oleh anak dalam pergaulan
dan aktivitasnya.
Secara umum kita dapat mengenalinya
melalui penelusuran dan pengamatan terhadap anak, yaitu pada saat anak
beraktivitas, baik ketika dirumah, disekolah, dalam kegiatan bermain, maupun
aktivitas lainnya.
Bagi para pendidik sangat penting
mengetahui cara yang mudah dan dapat dilakukan untuk mengenali gejala emosi dan
perilaku sosial anak serta dampak-dampaknya. Tujuannya adalah agar tindakan
preventif dan interventif dapat segera dilakukan jika ditemukan hal-hal yang
tidak sesuai harapan atau terdapat penyimpangan. Tindakan preventif misalkan
dengan mengomunikasikan peraturan berperilaku pada saat terlibat dalam suatu
kegiatan, sedangkan tindakan interventif misalkan, pada saat anak berperilaku
yang membahayakan dirinya maupun teman-temannya.
Kemampuan-kemampuan sederhana yang perlu
dikuasai pendidik dalam mengenali perilaku sosial emosional anak, terutama
kaitannya dengan perkembangan fisik, mental, dan psikologis anak, diantaranya
sebagai berikut :
1.
Kemampuan mendekati anak dalam keadaan apapun
2.
Kemampuan mengamati dan mengobservasi berbagai
karakter emosi dan perilaku sosial anak
3.
Kemampuan dan keterampilan dalam merekam, mencatat,
dan membuat prediksi tentang perbuatan apa yang akan menyertainya.
4.
Untuk mendukung kemampuan diatas, sebaiknya pendidik
bersifat objektif, bertindak sesuai kadar dan tingkatan ekspresi yang
ditampilkan anak.
Jika kemampuan tersebut dikuasai dengan baik oleh guru atau orang tua maka
perkembangan emosi dan sosial anak akan dapat dideteksi dan dikenali secara
baik.
B. BENTUK-BENTUK HUBUNGAN SOSIAL EMOSIONAL DENGAN FISIK,
MENTAL, DAN PSIKOLOGIS
Berbagai pembuktian tentang adanya
hubungan dan pengaruh dari perkembangan sosial emosional terhadap perkembangan
fisik-mental individu, khususnya anak, telah dilakukan sejak lama. Penelitian
mengenai hal ini telah banyak dilakukan para ahli baik yang menyelidiki
perilaku emosi secara tunggal, maupun perilaku emosi yang menyatu dengan
perkembangan sosial dan perkembangan lainnya. Untuk membuktikan keterkaitan
pengaruh tersebut, sebagian para ahli melakukannya secara langsung pada manusia
( termasuk anak ) dan sebagian lainnya melakukannya secara tidak langsung,
yaitu melalui hewan. Meskipun dilakukan terhadap hewan, penelitian tersebut
membantu keyakinan kita bahwa hal serupa terjadi juga pada manusia, khususnya
pada anak-anak usia prasekolah. Stimulasi atas emosi pada manusia, khususnya
anak-anak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan-perubahan
kondisi fisik pada individu yang bersangkutan.
Secara umum kita dapat menangkap
bahwa ekspresi dari emosi yang menyenangkan akan mempercantik tampilan wajah
seseorang, sedangkan emosi yang tidak menyenangkan akan menyuramkan tampilan
wajah dan menyebabkan orang tersebut menjadi kurang menarik untuk dilihat. Hal
ini mengisyaratkan betapa dekatnya perilaku emosi dan perilaku sosial. Tampilan
kedua efek emosi tersebut dapat memberi pengaruh lebih jauh.
Masih dikategorikan pengaruh emosi
terhadap wilayah fisik, emosi juga berpengaruh terhadap perkembangan dan
kemampuan motorik seseorang. Berdasarkan pengamatan, ternyata ketegangan emosi
pada seseorang dapat mengganggu kerja dan keterampilan motoriknya.
Terhadap aspek mental tampaknya
perkembangan sosial emosional juga berpengaruh kuat. Kekurangan atau
keterlambatan dalam perkembangan sosial emosional akan mempengaruhi arah dan
kondisi perkembangan mental anak, juga sebaliknya kematangan dan kondisi mental
anak berhubungan dengan perkembangan dan arah emosi serta sosial anak. Hurlock,
(1999) menyatakan bahwa emosi dapat berpengaruh dan mengganggu aktivitas mental
karena kegiatan mental, ( seperti konsentrasi, daya ingat, penalaran ) sangat
mudah dipengaruhi oleh emosi yang sangat kuat. Pengaruh emosi pada aspek mental
seseorang akan membawa pada melemahnya kemampuan mengingat (recall). Lebih jauh
dapat mengakibatkan tidak dapat mengingat sama sekali hal-hal yang telah
dipelajari dan dihafalkan sebelumnya.
Secara psikologis efek dari tekanan
emosi akan berpengaruh pada sikap, minat, dan dampak psikologis lainnya.
Cara-cara bersikap anak, baik dalam bersosialisasi maupun dalam memberikan
tanggapan atas stimulus yang mengenalnya akan terpengaruh. Karena tekanan emosi
tertentu anak menjadi tidak sabar, lekas marah atau melakukan penolakan. Pada
tekanan anak akan menghindari objek tertentu, seperti enggan menyentuh mainan,
hanya ingin bermain dengan kelompok tertentu, dan sebagainya yang mengarah
kepada rendahnya kualitas dimensi psikologis anak.
Gangguan emosi mengakibatkan cara
kerja otak dan kesanggupan belajar anak menjadi tersendat-sendat, bahkan pada
tekanan emosi yang kuat fungsi otak berada pada titik minimum. Pada keadaan
yang dipaksakan untuk terus belajar dalam tekanan emosi, mungkin akan merusak
kerja otak dan mengganggu sel-sel syarafnya.
C. MENGARAHKAN POLA HUBUNGAN POSITIF SOSIAL EMOSIONAL
DENGAN PERKEMBANGAN FISIK, MENTAL, DAN PSIKOLOGIS
Hasil penelitian Hurlock (1999),
menyatakan bahwa ternyata banyak anak-anak yang kehausan atau kelaparan emosi.
Menurutnya, sebagian besar anak tumbuh dalam lingkungan yang banyak memberikan
pengalaman emosi tidak menyenangkan, antara lain kemarahan, ketakutan,
kecemburuan, dan rasa iri. Pengakuan emosional yang menyenangkan kurang mereka
terima. Lingkungan banyak sekali memberikan respons negatif pada anak sehingga
menimbulkan tekanan emosi yang terus-menerus pada diri anak. Salah satu
penyebab dan bisa menjadi pengalaman emosi yang paling tinggi pengaruhnya
adalah pemberian dan penerimaan kasih sayang oleh anak. Banyak sekali pendidik
yang belum menyadari sepenuhnya bahwa kasih sayang memiliki peranan penting
dalam pengembangan emosi dan penerimaan sosial bagi anak-anak.
Akibat yang umum terjadi karena
kurangnya stimulasi kasih sayang pada anak-anak ialah keterlambatan pertumbuhan
dan perkembangan fisik. Keadaan sedih (akibat kurang perawatan, kasih sayang)
dapat menghambat sekresi hormon kelenjar dibawah otak, termasuk didalamnya
hormon pertumbuhan. Akibatnya pertumbuhan anak (bayi) terhambat bahkan mungkin
anak menjadi kerdil. Jadi, interaksi orang tua anak adalah sesuatu yang sangat
penting, halus, dan rumit.
Emosi anak yang terlantar akan
mempengaruhi perkembangan motorik anak, diantaranya perkembangan kemampuan
untuk duduk, berdiri, dan berjalan menjadi terhambat. Dalam beraktivitas yang
melibatkan unsur motorik, anak lebih canggung dan kikuk dibandingkan dengan
teman sebayanya.
Betapa mengerikan akibat yang
dialami anak yang ditelantarkan secara emosi dan sosial. Untuk itu perlu
dicarikan upaya yang dapat mengarahkan perkembangan emosi dan sosial anak agar
terpenuhi secara memadai. Pendidik perlu menyadari bahwa betapa lapar dan
hausnya anak-anak prasekolah disekitar kita akan kasih sayang.
2. Keterkaitan Sosial Emosional Anak dengan Aktivitas dan
Kehidupannya
Secara umum positif-negatif dari
perkembangan emosi-sosial anak akan mempengaruhi tinggi-rendah kadar aktivitas
yang dapat dilakukan oleh anak dalam kehidupannya.
Semakin kuat emosi memberikan
tekanan, akan semakinkuat mengguncangkan keseimbangan tubuh menuju tindakan
tertentu. Jika kegiatan yang dilakukan tidak sesuai dengan tuntutan emosi maka
kegiatan yang dilakukan akan terpengaruh juga. Jika kegiatan sesuai emosinya
maka anak akan merasa senang melakukannya dan secara mental akan meningkatkan
konsentrasi pada aktivitas mengingatnya, serta secara psikologis akan positif
memberikan sumbangan pada peningkatan motivasi dan minat pada pekerjaan yang sedang
ditekuninya. Hasilnya adalah anak dapat bekerja atau beraktivitas dengan durasi
yang lebih lama.
Gambaran itu merupakan gambaran
sederhana mengenai keterkaitan antara perkembangan emosi-sosial anak dengan
aktivitas dan kehidupannya.
A. MENGENALI SOSIAL EMOSIONAL DENGAN AKTIVITAS DAN
KEHIDUPAN ANAK
Kesiapan tubuh untuk beraktivitas
fisik, mental, maupun aktivitas psikologis atau yang melibatkan ketiganya
secara koordinasi dalam satu tindakan yang bersamaan sangat dipengaruhi oleh
kondisi individu anak yang sedang menjalaninya.
Titik penting emosi mempengaruhi
berbagai perasaan seseorang dalam kehidupannya. Perasaan ini bisa berupa
perasaan nikmat, puas, menyenangkan, menggembirakan atau perasaan menyebalkan,
marah, benci karena emosi dapat membawa seseorang pada suatu yang berlawanan.
Efek positif, seperti suasana yang
menyenangkan akan meningkatkan aktivitas dan respons kehidupan yang positif
pula, seperti tumbuhnya motivasi, kinerja yang tinggi, partisipasi yang tinggi
berdampak pada produktivitas kerja yang tinggi pula. Sedangkan efek negatif
dari luapan emosi yang tidak menggembirakan akan berpengaruh pada rendahnya
minat dan motivasi dalam kegiatan.
Kemampuan ini penting dikuasai oleh
para pendidik agar dapat secara dini mencegah dan memberikan tindakan yang tepat
sehingga pengaruh negatif dari emosi tersebut tidak berdampak lebih jauh pada
anak.
Kemampuan-kemampuan sederhana yang
dapat membantu pendidik mengenali perilaku sosial emosional anak, terutama
berkaitan dengan pengaruh terhadap aktivitas dan kehidupan anak, diantaranya
sebagai berikut :
1.
Kemampuan mendekati anak dalam keadaan apapun.
2.
Kemampuan mengamati atau mengobservasi berbagai
karakter emosi dan perilaku sosial anak.
3.
Kemampuan dan keterampilan dalam merekam, mecatat, dan
membuat prediksi- prediksi untuk
perbuatan apa yang akan menyertainya.
4.
Untuk mendukung kemampuan tersebut, sebaiknya
pendidikan bersifat objektif, bertidak sesuai kadar, dan tingkatan ekspresiyang
akan ditampilkan anak.
B. BENTUK HUBUNGAN SOSIAL EMOSIONAL DENGAN AKTIVITAS DAN
KEHIDUPAN
Gambaran tentang pola atau bentuk
hubungan dan pengaruh emosi terhadap kehidupan seorang anak dapat digambarkan
secara umum melalui ilustrasi berikut.
Pertama,
emosi yang melekat pada seorang anak akan mewarnai pendangannya terhadap
kehidupan dan dimensi-dimensinya.
Kedua, emosi
akan sangat mempengaruhi interaksi sosial seorang anak
Ketiga,
reaksi emosional apabila diulang-ulang akan berkembang menjadi suatu kebiasaan.
Secara lebih khusus, Yusuf (2001)
menyatakan bahwa perubahan emosi akan mengakibatkan beberapa perilaku tertentu,
diantaranya sebagai berikut :
1.
Memperkuat semangat
2.
Melemahkan semangat
3.
Menghambat atau mengganggu konsentrasi belajar
4.
Mengganggu penyesuaian sosial
5.
Suasana emosional yang diterima dan dialami individu
semasa kecilnya akan mempengaruhi sikapnya dikemudian hari, baik terhadap
dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.
C. MENGARAHKAN HUBUNGAN SOSIAL EMOSIONAL DENGAN AKTIVITAS
DAN KEHIDUPAN
Tugas pendidik adalah mengarahkan
emosi anak ke pola hubungan yang bersifat positif, artinya yang dapat
mengembangkan emosi anak ke arah kesanggupan (keterampilan) sosial untuk
beraktivitas dan mengisi kehidupannya menjadi lebih sempurna dan diterima
lingkungan sosialnya. Lebih khusus lagi, pendidik hendaknya dapat mengarahkan
semua anak belajar tentang bagaimana cara menyalurkan energi emosional yang
berlebihan agar mereka tidak menderita kerusakan fisik dan psikologis terlalu
besar apabila sewaktu-waktu diperlukan pengendalian emosi. Tindakan pendidik
dalam membantu mengarahkan anak agar dapat menyalurkan energi emosionalnya
secara tepat diantaranya dengan cara berikut ini:
1.
Membantu menyibukkan diri anak dalam kegiatan
sehari-hari, baik melalui bermain maupun dengan bekerja.
2.
Membantu menjalin hubungan emosional yang akrab,
paling tidak dengan salah seorang anggota keluarga.
3.
Membantu menemukan seorang teman yang bisa menjadi
akrab untuk anak menceritakan kesulitan dan mengadu.
4.
Hal yag terpenting adalah membantu mereka mengenali
dirinya sendiri termasuk pentingnya tertawa, humor, tersenyum, juga termasuk
memiliki rasa takut dan sebagainya.
Kunci utama cara membantu atau
mengarahkan anak adalah dengan memberikan kasih sayang secara benar. Jika tidak
mendapat kasih sayang maka mungkin akan berakibat sebagai berikut :
1.
Terhadap perkembang bahasa, yakni perkembangan bicara
terlambat, anak sering mengalami gangguan bicara misalnya gagap.
2.
Terhadap kemampuan bergaul/sosialisasi, bereaksi
secara negatif terhadap pendekatan orang lain, sukar diajak kerja sama, dan
bersikap memusuhi.
3.
Terhadap kepribadian, kelaparan kasih sayang,
cenderung mengarahkan perhatian pada diri sendiri, menaruh perhatian kecil pada
orang lain, mementingkan diri sendiri, dan suka menuntut.
Dampak yang ditimbulkan bisa
berjangka panjang dan berlangsung lama, dan cenderung menimbulkan malasuai
apabila disertai kondisi lain yang tidak menyenangkan, misalnya menjadi hidup
tidak bahagia.
3. Keterkaitan Perkembangan Karakter dengan Aktivitas dan
Kehidupannya
Setiap aspek perkembangan pada
individu sudah dapat dipastikan tidak terjadi dan berdampak tunggal, tetapi
cenderung akan berpengaruh pada aspek lainnya. Hal yang mungkin berpengaruh
adalah segala aktivitas dan kehidupan dari individu yang menjalaninya.
A. MENGENALI HUBUNGAN KARAKTER DENGAN AKTIVITAS DAN
KEHIDUPAN ANAK
Pengembangan karakter yang terbaik
adalah jika dimulai sejak usia dini. Semua pihak bertanggung jawab untuk
membekali anak usia dini sebaik-baiknya, sehingga mereka kelak dapat mengisi
kehidupannya dengan baik. Artinya aktivitas kehidupannya dapat diisi dan
dijalani lebih positif, produktif, dan bermanfaat. Yang dapat disimpulkan dari
makna tersebut yaitu bahwa terdapat hubungan yang erat antara keberhasilan
pendidikan, khususnya keberhasilan pengembangan karakter dengan aktivitas dan
kehidupan seseorang, termasuk seorang anak. Makna sebaliknya adalah jika
terdapat kegagalan dalam pendidikan karakter, maka anak akan mendapatkan dan
dihadapkan dengan berbagai masalah dalam aktivitas dan kehidupannya, baik
secara jangka pendek maupun kelak setelah ia dewasa.
Secara keseluruhan dampak dari
kegagalan pendidikan karakter adalah akan menghancurkan kehidupan anak, baik
saat ia masih kanak-kanak maupun kelak ia dewasa. Lickona menyatakan secara
akumulasi kegagalan pendidikan, khususnya pendidikan karakter akan menigkatkan
dan mempercepat kehancuran suatu bangsa. Ia merangkum, terdapat 10 tanda yang
berpengaruh terhadap kehancuran suatu bangsa, yaitu :
1.
Meningkatnya kekerasan dikalangan remaja
2.
Penggunaan bahasa dan kata-kata yang buruk
3.
Pengaruh perr-group (teman sebaya) yang kuat dalam
tindak kekerasan
4.
Meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan
narkoba, alkohol, dan seks bebas
5.
Semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk
6.
Menurunnya etos kerja
7.
Semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan
guru
8.
Rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga
negara
9.
Membudayakan ketidakjujuran, dan
10. Adanya rasa
saling curiga dan kebencian diantara sesama.
B. MEMBANGUN KESELARASAN HUBUNGAN KARAKTER DENGAN
AKTIVITAS DAN KEHIDUPAN
Karakter adalah kunci keberhasilan
individu. Artinya jika aktivitas dan kehidupan seseorang ingin berhasil, maka
syarat mutlaknya adalah harus didukung oleh kapasitas karakter yang memadai.
Pernyataan singkat diatas, memberi
pesan bahwa pendidikan tidak boleh hanya mementingkan kecerdasan otak kiri (IQ)
yang lazim disebut headstrart. Akan tetapi, harus lebih mementingkan kecerdasan
emosi, yang dikenal dengan pendidikan menggunakan otak kanan, yang disebut
heartstart. Bahkan untuk pendidikan anak usia dini, hendaklah mendahulukan
pendidikan otak kanan, karena pada saat usia dini otak kana lebih dulu
berkembang dibanding otak kirinya.
Terdapat perbedaan mendasar antara
layanan pendidikan headstart dengan heartstart, pada metode headstrart, anak
ditekankan “harus bisa” sehingga ada kecenderungan anak dipaksa belajar terlalu
dini. Hal ini membuat anak stres, karena ada ketidaksesuaian dengan dunia
bermain dan bereksplorasi yang saat itu sedang dialaminya. Sebaliknya pola
heartstrart menekankan pentingnya anak mendapatkan pendidikan karakter, belajar
dengan cara yang menyenangkan, dan terlibat aktif sebagai subjek bukan menjadi
objek.
Hal tersebut didasarkan pada
pertimbangan faktor-faktor yang dianggap menunjang keberhasilan seseorang.
Terdapat tiga belas faktor kunci, dan dari ketiga belas faktor penunjang tersebut,
sepuluh diantaranya adalah kualitas karakter seseorang dan hanya tiga yang
berkaitan dengan faktor kecerdasan (IQ).
1. Jujur dan Dapat Diandalkan
Kejujuran adalah sifat karakter yang
paling mendasar dimiliki oleh seseorang. Akan tetapi, dalam menjalani
kehidupan, jujur saja tidaklah cukup, ia juga harus menunjukkan diri sebagai
insan yang dapat diandalkan. Begitu pentingnya sifat jujur yang berdampingan
dengan sifat dapat diandalkan, maka kedua sifat tersebut hendaklah dapat
ditanamkan sejak usia dini atau sejak usia masa kanak-kanak. Beragam cara dapat
dilakukan oleh para guru pada saat anak sedang berada dan belajar dilembaga
PAUD (TK), misalnya dengan membiasakan anak untuk berbicara dengan apa yang
dirasakannya. Sedangkan pendidikan untuk anak agar menjadi insan yang dapat
diandalkan sejak dini, yaitu mulai dengan hal-hal yang berkaitan dengan diri
anak.
2. Dapat Dipercaya dan Tepat Waktu
Dipercaya dan tepat waktu adalah
suatu kesatuan karakter yang sebaiknya berjalan secara beriringan. Kepercayaan
akan tumbuh biasanya bila seseorang dapat mengerjakan sesuatu dengan tepat
waktu. Dan sebaliknya seseorang yang dapat memanfaatkan waktu dengan baik dan
selalu dipenuhi dengan tepat waktu, maka akan menumbuhkan kepercayaan yang
penuh. Oleh karena itu, sejak dini anak hendaklah dapat diarahkan untuk menjadi
insan yang dapat dipercaya dengan menjalankan dan melaksanakan sesuatu dengan
tepat waktu.
3. Dapat Menyesuaikan diri dengan Orang Lain
Penyesuaian diri merupakan faktor utama seseorang
dapat hidup dengan baik dilingkungannya. Kemampuan menyesuaikan diri dengan
lingkungan akan merupakan kunci pembuka seseorang diterima atau ditolak oleh
lingkungannya. Ajak dan arahkan anak sejak dini untuk dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungannya.
4. Dapat Bekerja Sama dengan Atasan
Manusia tidak dapat hidup sendiri,
karena ia tercipta sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial akan
dihadapkan pada cara-cara penyelesaian masalah dalam kehidupan dengan
melibatkan manusia lainnya. Salah satu caranya adalah dengan melalui bekerja
sama dengan orang lain. Bekerja sama merupakan suatu upaya menyelesaikan
pekerjaan atau masalah agar lebih ringan serta dapat lebih cepat diselesaikan.
Kemampuan bekerja sama dengan atasan merupakan bagian penting yang dapat
mengantarkan kesuksesan seseorang ketika ia dewasa, terutama setelah memasuki
dunia kerja. Oleh karena itu, anak sejak dini sudah diperkenalkan cara-cara
bekerja sama bukan hanya dengan temannyam tetapi juga dengan orang-orang yang
berbeda kedudukannya dan bahkan dengan yang dianggap lebih tinggi posisinya.
5. Dapat Menerima dan Menjalankan Kewajiban
Kemampuan menerima dan menjalankan
kewajiban merupakan satu kesatuan karakter yang tidak dapat dipisahkan.
Kemampuan menerima merupakan sikap mental berupa kesiapsediaan diri untuk menjalankan
sesuatu dengan sebaik-baiknya sedangkan menjalankan kewajiban adalah perwujudan
dan konsekuensi langsung (logis) dari kesediaan penerimaan. Kemampuan tersebut
hendaklah dapat ditanamkan kepada setiap anak sejak dini, karena merupakan
bagian dari kehidupan yang tidak dapat dipisahkan.
6. Mempunyai Motivasi Kuat untuk Terus Belajar dan
Meningkatkan Kualitas Diri
Motivasi adalah sifat karakter yang
sangat positif dan harus terbentuk pada setiap manusia. Motivasi merupakan
penggerak yang kuat bagi seseorang dalam melaksanakan sesuatu. Salah satu
motivasi yang harus dipelihara dan ditanamkan sejak dini adalah motivasi untuk
terus belajar dan meningkatkan kualitas diri. Kedua motivasi tersebut amat
penting karena dapat mengantarkan seseorang menjadi insan yang semakin hari
semakin meningkat kualitasnya. Untuk dapat mengantarkan anak dapat memiliki
motivasi tersebut, sejak dini mereka dapat diperkenalkan dan diingatkan tentang
manfaat dan makna belajar bukan hanya harus belajar. Sejak dini juga anak-anak
diminta untuk berbuat dan mengerjakan sesuatu agar lebih baik dari waktu atau
hari sebelumnya.
7. Berpikir Bahwa Dirinya Berharga
Penghargaan dan pengakuan terhadap
diri sendiri merupakan dasar karakter yang amat penting. Penghargaan terhadap
keberadaan diri sendiri bahwa dirinya berharga akan mendorong cara berfikir dan
cara bertindak yang positif terhadap dirinya itu. Seseorang yang menghargai
dirinya akan senantiasa menjaga dirinya dari perbuatan yang keliru dan negatif.
Dengan kata lain dalam menjalani kehidupannya akan lebih terkendali. Untuk itu
sejak dini anak hendaklah dibimbing agar memiliki kemampuan menghargai diri
sendiri tersebut. Cara menanamkannya sejak dini dapat dilakukan melalui
pengakuan dan menghargai anak seutuhnya. Cara lainnya adalah keberhasilan anak
atas tugas dan pekerjaannya hendaklah diikuti dengan pujian, dan itu akan
menguatkan tumbuhnya menghargai diri sendiri serta percaya diri bahwa ia mampu.
8. Dapat Berkomunikasi dan Mendengarkan Secara Efektif
Kemampuan berkomunikasi dan
mendengarkan adalah kemampuan yang dapat menunjukkan dan memunculkan karakter
seseorang secara nyata. Dalam komunikasi dan cara mendengarkan yang ditunjukkan
akan menemukan potret karakter seseorang. Makanya penting seseorang memiliki
kemampuan berkomunikasi dan mendengarkan yang berkarakter. Oleh karena karakter
merupakan bagian utuh dari berkomunikasi dan mendengarkan, seringkali sangat
sulit dipisahkan. Untuk itu komunikasi dan mendengarkan yang efektif sering
disebut secara langsung sebagai karakter tersendiri. Guru dan orang tua sejak
dini harus membimbing anak-anak untuk dapat memiliki kemampuan berkomunikasi
dan mendengarkan yang efektif.
9. Dapat Bekerja Mandiri dengan Kontrol Terbatas
Kemampuan bekerja mandiri dengan penuh inisiatif merupakan sikap positif
yang snagat baik. Jika diperlukan pengendalian sebaiknya kontrolnya terbatas
saja. Mengapa? Karena sifat tanggung jawab atas pekerjaan dan permasalahan yang
dihadapi oleh seseorang sebetulnya bersifat penuh. Meskipun ada kekecualian
biasanya karena memang dihadapkan pada keterbatasan-keterbatasan, baik secara
fisik maupun mental. Sejak dini anak sudah dibimbing untuk mampu bekerja secara
mandiri. Cara yang dapat dilakukan oleh guru dan orang tua adalah dengan
membiasakan dan memberikan kesempatan kepada anak untuk dapat melakukan tugas
atau pekerjaan atau menghadapi masalah dengan penuh waktu atau leluasa.
10.
Dapat
Menyelesaikan Masalah Pribadi dan yang Menjadi Tanggung Jawabnya (Profesinya)
Kemampuan menolong diri sendiri
merupakan karakter utama yang harus dimiliki seseorang. Meskipun hidup ini
dalam satu komunitas, atau dalam kelompok (masyarakat) sosial, minimum dalam
keluarga. Akan tetapi, tetap keharusan menghadapi dan menyelesaikan masalah
melekat secara individu kepada masing-masing orang dalam komunitasnya itu.
Masalah-masalah pribadi sebaiknya diselesaikan secara mandiri karena merupakan
bagian tugas menjalani kehidupan. Hendaklah berhati-hati dalam
mengkomunikasikan masalah pribadi kepada siapapun, kecuali pada orang atau
pihak yang dianggap tepat. Untuk itu sejak dini anak hendaklah sudah dibimbing
dalam mengenali masalah pribadi serta cara-cara menyelesaikannya. Harapannya
kelak setiap anak mampu membedakan dan menempatkan kedudukan masalah pribadi
dan bukan pribadi serta dapat menyelesaikannya dengan tepat.
11.
Mempunyai
Kemampuan Dasar (Kecerdasan)
Kemampuan dasar merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi kekuatan karakter melekat atau pudarnya pada
diri seseorang. Kekuatan karakter diawali memang melekat secara kognitif yang
kemudian terwujud dalam afeksi dan tindakan. Maksudnya wujud karakter yang
ditampilkan oleh seseorang dipengaruhi oleh kecerdasannya (kognitif). Kognitif
biasanya berkaitan dengan mengingat dan memahami nilai karakter dan wujud
perilaku apa yang harus ditampilkan sesuai harapan di luar dirinya. Dari
tahapan kognitif itulah kemudian dilakukan secara berulang-ulang dan akhirnya
menjadi kebiasaan. Dari pembiasaan yang terus-menerus, selanjutnya akan
mengkristal menjadi kepribadian yang sesungguhnya pada seseorang. Jadi, sejak
dini secara bertahap, kecerdasan berkarakter anak harus sering di asah.
Kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru adalah mulai dari anak dibiasakan
membaca ikrar pagi sebelum kegiatan di TK (PAUD), mengingat peraturan dalam
mengikuti kegiatan, dan sebagainya.
12.
Dapat
Membaca dengan Pemahaman Memadai
Membaca dengan pemahaman adalah
membaca yang bukan hanya menangkap pesan dari kata atau kalimat tersurat yang
dibacanya. Membaca dengan pemahaman lebih jauh yaitu menangkap makna dari
tulisan (simbol) dan atau kalimat yang tertera. Kemapuan seperti ini sepertinya
sulit untuk ditanamkan sejak dini, tetapi sesungguhnya sangat memungkinkan
dilakukan asalkan dilaksanakan secara bertahap dan pelan-pelan (penuh
kesabaran). Kata kuncinya adalah dari pendidik hendaklah berupaya membantu
secara tepat anak dalam menangkap pesan tersirat dari materi bacaan yang dibaca
oleh anak. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan bercerita atau
mendongeng dengan bantuan media (buku) cerita. Rambu-rambunya adalah pendidik
hendaklah dapat memilih buku cerita jangan yang terlalu banyak tulisannya,
terutama bagi anak yang diusia awal. Pilihlah buku bacaan atau buku cerita yang
didukung oleh gambar (ilustrasi) yang memadai sehingga anak dapat terbantu
dalam memahami bacaan yang terkandung didalam teks-nya (tulisannya).
13.
Mengerti
Dasar-dasar Matematika (Berhitung)
Penguasaan dasar-dasar matematika terutama berkaitan dengan dasar-dasar
berhitung diperlukan oleh setiap orang bukan hanya oleh orang yang berminat
pada matematika atau ahli matematika saja. Matematika merupakan sebagian dari
perwujudan kehidupan. Guru dan orang tua harus sejak dini mengupayakan bahwa
anak secara matematis mampu memngukur karakter yang perlu dimiliki dan yang
perlu dijauhi. Caranya dapat dilakukan dengan sederhana, baik diawal kegiatan,
di inti kegiatan maupun diakhir setiap kegiatan yang dilaksanakan di TK atau
PAUD. Misalnya, diawal kegiatan guru dapat mengecek perilaku anak yang
dikaitkan dengan kemampuan dasar matematika, seperti siapa yang sudah mandi?
(karakter), jam berapa mandinya? (matematika). Dapat juga, siapa yang gosok
gigi hari ini? (karakter), berapa kali kalian gosok gigi? (matematika), dan
sebagainya.
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Perkembangan sosial emosional
berperan penting dalam kehidupan anak, selain ity, berpengaruh pada dimensi dan
aspek perkembangan lainnya. Agar pengaruh dapat dikenali dan dapat ditanggapi
secara positif, kita perlu mengkaji keterkaitan antar bidang perkembangan
tersebut sehingga menjadi sarana efektif dalam mengembangkan pribadi anak
secara keseluruhan. Keterkaitan perkembangan sosial emosional dengan
perkembangan lainnya adalah :
1.
Keterkaitan perkembangan sosial emosional dengan
perkembangan fisik, mental maupun psikologi anak.
2.
Keterkaitan perkembangan sosial emosional dengan
aktivitas dan kehidupan anak.
3.
Keterkaitan perkembangan karakter dengan aktivitas dan
kehidupan anak.
2.
Saran
Demikianlah makalah yang saya buat semoga bermanfaat bagi
pembaca apabila ada saran yang ingin disampaikan, silahkan sampaikan kepada
saya apabila terdapat kesalahan mohon dimaafkan dan memakluminya, karena saya
masih dalam proses belajar.
DAFTAR
PUSTAKA
Nugraha,
Ali, M.Pd. (2014). Buku Materi Pokok
Metode Pengembangan Sosial Emosional. Cetakan Kelima, Edisi Pertama.
Tangerang Selatan : Universitas Terbuka.
Hurlock,
Elizabeth B. (1999) Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga
Wikipedia.com