Jumat, 10 November 2017

“Keterkaitan Perkembangan Sosial Emosional dengan Perkembangan Lainnya”



PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA DINI
Dosen Pengampu: Mustika Dewi Muttaqien, M.Si
“Keterkaitan Perkembangan Sosial Emosional dengan Perkembangan Lainnya”






Disusun Oleh :
PUTRI ADIPURA
2015330017




SEMESTER 5
KELAS REGULER
JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-HAMIDIYAH
JAKARTA
2017



KATA PENGANTAR


Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji hanya bagi Allah Swt Tuhan semesta Alam. Allah yang telah memberikan nikmat iman dan islam kepada kita. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada baginda Nabi Besar Muhammad Saw, keluarganya, sahabatnya, dan kita sebagai generasi penerus hingga akhir zaman.

Alhamdulillah saya dapat berhasil menyelesaikan sebuah makalah tentang ”Keterkaitan Perkembangan Sosial Emosional dengan Perkembangan Lainnya.

Demikian pula dengan makalah ini, masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun tetap saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb
                                                                                                       
                                                                          
 Depok,  9 Oktober 2017  


                                                                                                            Putri Adipura








BAB I

 PENDAHULUAN

1.    Latar Belakang
Perkembangan adalah suatu proses perubahan yang berlangsung secara teratur dan terus menerus, baik perubahan itu berupa bertambahnya jumlah atau ukuran dari hal-hal yang telah ada, maupun perubahan karena timbulnya unsur-unsur yang baru. Perkembangan meliputi perkembangan fisik, perkembangan emosi, perkembangan kognitif, dan perkembangan psiko sosial (Harlimsyah, 2007).
Masa perkembangan anak merupakan suatu hal yang khusus, sebagai masa bertumbuh dan berkembangnya semua aspek dan fungsi yang ada dalam diri anak, termasuk perkembangan fisik, intelektual dan sosial yang berlangsung secara serentak dan seimbang (multidimensional).
Masa1 usia dini merupakan “golden ageperiod”, artinya merupakan masa emas untuk seluruh aspek perkembanganmanusia, baik fisik, kognisi emosi maupun sosial.
Lickona (dalam Woolfolk, 2006) mengatakan bahwa variasi dalam situasiakan menghasilkan variasi dalam perilaku. Suasana yang dibangun dalam satu situasi yang mendekati kehidupan yang sebenarnya, dapat menyebabkan anak menjadi kaya akan pengalaman. Anak tidak saja berpikir dan bertindak dari sisi kognitifnya saja, namun juga menggunakan atau mengasah ranah non kognitifnya. Dengan demikian mereka dapat berkembang secara optimal menjadi manusia seutuhnya.
2.    Rumusan Masalah
1.    Bagaimana keterkaitan perkembangan sosial emosional dengan perkembangan fisik, mental maupun psikoligis anak?
2.    Bagaimana keterkaitan perkembangan sosial emosional dengan aktivitas dan kehidupan anak?
3.    Bagaimana keterkaitan perkembangan karakter dengan aktivitas dan kehidupan anak?
3.    Tujuan Masalah
1.    Memahami keterkaitan perkembangan sosial emosional dengan perkembangan fisik, mental maupun psikoligis anak.
2.    Memahami keterkaitan perkembangan sosial emosional dengan aktivitas dan kehidupan anak.
3.    Memahami keterkaitan perkembangan sosial emosional dengan aktivitas dan kehidupan anak.

BAB II
PEMBAHASAN

1.    Keterkaitan Perkembangan Sosial Emosional dengan Fisik, Mental, dan Psikologis Anak
Perkembangan sosial emosional merupakan suatu perkembangan yang sulit dipisahkan secara tegas satu sama lainnya. Kelekatannya semakin kuat apabila ekspresi dari perpaduan keduanya dimunculkan oleh anak-anak yang berada pada kelompok usia dini atau Taman Kanak-Kanak (TK).
Hal yang terpenting bagi pendidik ( guru dan orang tua ) adalah memahami makna keterkaitan dan dapat memberi inspirasi dalam memfasilitasi perkembangan anak kearah yang lebih baik, yaitu menuju kematangan yang sesuai dengan potensi anak.

A.   MENGENALI SOSIAL EMOSIONAL KAITANNYA DENGAN FISIK, MENTAL, DAN PSIKOLOGIS ANAK
Tampilan emosi merupakan suatu bentuk komunikasi atau dengan kata lain ekspresi emosi memungkinkan anak bersosialisasi dalam suatu lingkungan sosial yang dimasukinya. Melalui perubahan mimik wajah dan fisik yang menyertai emosi, anak-anak dapat mengkomunikasikan perasaan mereka kepada orang lain dan mengenal berbagai jenis perasaan orang lain. Dengan ekspresi emosi, mereka dapat menunjukkan rasa kegembiraan, kebencian, ketakutan, dan sebagainya.
Tampilan emosi pada anak dapat kita jadikan dasar dalam memahami perkembangan mental dan psikologis anak. Secara mental, tekanan emosi akan mempengaruhi konsentrasi, kemampuan mengingat, dan menyerap pengalaman belajar. Begitu pula tekanan emosi pada anak akan mempengaruhi motivasi, minat, dan ekspresi psikologis lainnya.
Berbagai bentuk ekspresi emosi pada anak sangat perlu dikenali oleh orang tua, guru, atau pembimbing anak. Emosi anak dengan segala ekspresinya merupakan sumber penilaian diri dan sosial anak. Orang dewasa dapat menilai anak dari cara anak mengekpresikan emosi dirinya. Orang dewasa juga dapat menilai perkembangan emosi anak serta jenis dan bentuk emosi apa saja yang dominan muncul atau ditampilkan oleh anak dalam pergaulan dan aktivitasnya.
Secara umum kita dapat mengenalinya melalui penelusuran dan pengamatan terhadap anak, yaitu pada saat anak beraktivitas, baik ketika dirumah, disekolah, dalam kegiatan bermain, maupun aktivitas lainnya.
Bagi para pendidik sangat penting mengetahui cara yang mudah dan dapat dilakukan untuk mengenali gejala emosi dan perilaku sosial anak serta dampak-dampaknya. Tujuannya adalah agar tindakan preventif dan interventif dapat segera dilakukan jika ditemukan hal-hal yang tidak sesuai harapan atau terdapat penyimpangan. Tindakan preventif misalkan dengan mengomunikasikan peraturan berperilaku pada saat terlibat dalam suatu kegiatan, sedangkan tindakan interventif misalkan, pada saat anak berperilaku yang membahayakan dirinya maupun teman-temannya.
Kemampuan-kemampuan sederhana yang perlu dikuasai pendidik dalam mengenali perilaku sosial emosional anak, terutama kaitannya dengan perkembangan fisik, mental, dan psikologis anak, diantaranya sebagai berikut :
1.    Kemampuan mendekati anak dalam keadaan apapun
2.    Kemampuan mengamati dan mengobservasi berbagai karakter emosi dan perilaku sosial anak
3.    Kemampuan dan keterampilan dalam merekam, mencatat, dan membuat prediksi tentang perbuatan apa yang akan menyertainya.
4.    Untuk mendukung kemampuan diatas, sebaiknya pendidik bersifat objektif, bertindak sesuai kadar dan tingkatan ekspresi yang ditampilkan anak.
Jika kemampuan tersebut dikuasai dengan baik oleh guru atau orang tua maka perkembangan emosi dan sosial anak akan dapat dideteksi dan dikenali secara baik.

B.  BENTUK-BENTUK HUBUNGAN SOSIAL EMOSIONAL DENGAN FISIK, MENTAL, DAN PSIKOLOGIS
Berbagai pembuktian tentang adanya hubungan dan pengaruh dari perkembangan sosial emosional terhadap perkembangan fisik-mental individu, khususnya anak, telah dilakukan sejak lama. Penelitian mengenai hal ini telah banyak dilakukan para ahli baik yang menyelidiki perilaku emosi secara tunggal, maupun perilaku emosi yang menyatu dengan perkembangan sosial dan perkembangan lainnya. Untuk membuktikan keterkaitan pengaruh tersebut, sebagian para ahli melakukannya secara langsung pada manusia ( termasuk anak ) dan sebagian lainnya melakukannya secara tidak langsung, yaitu melalui hewan. Meskipun dilakukan terhadap hewan, penelitian tersebut membantu keyakinan kita bahwa hal serupa terjadi juga pada manusia, khususnya pada anak-anak usia prasekolah. Stimulasi atas emosi pada manusia, khususnya anak-anak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan-perubahan kondisi fisik pada individu yang bersangkutan.
Secara umum kita dapat menangkap bahwa ekspresi dari emosi yang menyenangkan akan mempercantik tampilan wajah seseorang, sedangkan emosi yang tidak menyenangkan akan menyuramkan tampilan wajah dan menyebabkan orang tersebut menjadi kurang menarik untuk dilihat. Hal ini mengisyaratkan betapa dekatnya perilaku emosi dan perilaku sosial. Tampilan kedua efek emosi tersebut dapat memberi pengaruh lebih jauh.
Masih dikategorikan pengaruh emosi terhadap wilayah fisik, emosi juga berpengaruh terhadap perkembangan dan kemampuan motorik seseorang. Berdasarkan pengamatan, ternyata ketegangan emosi pada seseorang dapat mengganggu kerja dan keterampilan motoriknya.
Terhadap aspek mental tampaknya perkembangan sosial emosional juga berpengaruh kuat. Kekurangan atau keterlambatan dalam perkembangan sosial emosional akan mempengaruhi arah dan kondisi perkembangan mental anak, juga sebaliknya kematangan dan kondisi mental anak berhubungan dengan perkembangan dan arah emosi serta sosial anak. Hurlock, (1999) menyatakan bahwa emosi dapat berpengaruh dan mengganggu aktivitas mental karena kegiatan mental, ( seperti konsentrasi, daya ingat, penalaran ) sangat mudah dipengaruhi oleh emosi yang sangat kuat. Pengaruh emosi pada aspek mental seseorang akan membawa pada melemahnya kemampuan mengingat (recall). Lebih jauh dapat mengakibatkan tidak dapat mengingat sama sekali hal-hal yang telah dipelajari dan dihafalkan sebelumnya.
Secara psikologis efek dari tekanan emosi akan berpengaruh pada sikap, minat, dan dampak psikologis lainnya. Cara-cara bersikap anak, baik dalam bersosialisasi maupun dalam memberikan tanggapan atas stimulus yang mengenalnya akan terpengaruh. Karena tekanan emosi tertentu anak menjadi tidak sabar, lekas marah atau melakukan penolakan. Pada tekanan anak akan menghindari objek tertentu, seperti enggan menyentuh mainan, hanya ingin bermain dengan kelompok tertentu, dan sebagainya yang mengarah kepada rendahnya kualitas dimensi psikologis anak.
Gangguan emosi mengakibatkan cara kerja otak dan kesanggupan belajar anak menjadi tersendat-sendat, bahkan pada tekanan emosi yang kuat fungsi otak berada pada titik minimum. Pada keadaan yang dipaksakan untuk terus belajar dalam tekanan emosi, mungkin akan merusak kerja otak dan mengganggu sel-sel syarafnya.

C.  MENGARAHKAN POLA HUBUNGAN POSITIF SOSIAL EMOSIONAL DENGAN PERKEMBANGAN FISIK, MENTAL, DAN PSIKOLOGIS
Hasil penelitian Hurlock (1999), menyatakan bahwa ternyata banyak anak-anak yang kehausan atau kelaparan emosi. Menurutnya, sebagian besar anak tumbuh dalam lingkungan yang banyak memberikan pengalaman emosi tidak menyenangkan, antara lain kemarahan, ketakutan, kecemburuan, dan rasa iri. Pengakuan emosional yang menyenangkan kurang mereka terima. Lingkungan banyak sekali memberikan respons negatif pada anak sehingga menimbulkan tekanan emosi yang terus-menerus pada diri anak. Salah satu penyebab dan bisa menjadi pengalaman emosi yang paling tinggi pengaruhnya adalah pemberian dan penerimaan kasih sayang oleh anak. Banyak sekali pendidik yang belum menyadari sepenuhnya bahwa kasih sayang memiliki peranan penting dalam pengembangan emosi dan penerimaan sosial bagi anak-anak.
Akibat yang umum terjadi karena kurangnya stimulasi kasih sayang pada anak-anak ialah keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan fisik. Keadaan sedih (akibat kurang perawatan, kasih sayang) dapat menghambat sekresi hormon kelenjar dibawah otak, termasuk didalamnya hormon pertumbuhan. Akibatnya pertumbuhan anak (bayi) terhambat bahkan mungkin anak menjadi kerdil. Jadi, interaksi orang tua anak adalah sesuatu yang sangat penting, halus, dan rumit.
Emosi anak yang terlantar akan mempengaruhi perkembangan motorik anak, diantaranya perkembangan kemampuan untuk duduk, berdiri, dan berjalan menjadi terhambat. Dalam beraktivitas yang melibatkan unsur motorik, anak lebih canggung dan kikuk dibandingkan dengan teman sebayanya.
Betapa mengerikan akibat yang dialami anak yang ditelantarkan secara emosi dan sosial. Untuk itu perlu dicarikan upaya yang dapat mengarahkan perkembangan emosi dan sosial anak agar terpenuhi secara memadai. Pendidik perlu menyadari bahwa betapa lapar dan hausnya anak-anak prasekolah disekitar kita akan kasih sayang.

2.    Keterkaitan Sosial Emosional Anak dengan Aktivitas dan Kehidupannya
Secara umum positif-negatif dari perkembangan emosi-sosial anak akan mempengaruhi tinggi-rendah kadar aktivitas yang dapat dilakukan oleh anak dalam kehidupannya.
Semakin kuat emosi memberikan tekanan, akan semakinkuat mengguncangkan keseimbangan tubuh menuju tindakan tertentu. Jika kegiatan yang dilakukan tidak sesuai dengan tuntutan emosi maka kegiatan yang dilakukan akan terpengaruh juga. Jika kegiatan sesuai emosinya maka anak akan merasa senang melakukannya dan secara mental akan meningkatkan konsentrasi pada aktivitas mengingatnya, serta secara psikologis akan positif memberikan sumbangan pada peningkatan motivasi dan minat pada pekerjaan yang sedang ditekuninya. Hasilnya adalah anak dapat bekerja atau beraktivitas dengan durasi yang lebih lama.
Gambaran itu merupakan gambaran sederhana mengenai keterkaitan antara perkembangan emosi-sosial anak dengan aktivitas dan kehidupannya.

A.  MENGENALI SOSIAL EMOSIONAL DENGAN AKTIVITAS DAN KEHIDUPAN ANAK
Kesiapan tubuh untuk beraktivitas fisik, mental, maupun aktivitas psikologis atau yang melibatkan ketiganya secara koordinasi dalam satu tindakan yang bersamaan sangat dipengaruhi oleh kondisi individu anak yang sedang menjalaninya.
Titik penting emosi mempengaruhi berbagai perasaan seseorang dalam kehidupannya. Perasaan ini bisa berupa perasaan nikmat, puas, menyenangkan, menggembirakan atau perasaan menyebalkan, marah, benci karena emosi dapat membawa seseorang pada suatu yang berlawanan.
Efek positif, seperti suasana yang menyenangkan akan meningkatkan aktivitas dan respons kehidupan yang positif pula, seperti tumbuhnya motivasi, kinerja yang tinggi, partisipasi yang tinggi berdampak pada produktivitas kerja yang tinggi pula. Sedangkan efek negatif dari luapan emosi yang tidak menggembirakan akan berpengaruh pada rendahnya minat dan motivasi dalam kegiatan.
Kemampuan ini penting dikuasai oleh para pendidik agar dapat secara dini mencegah dan memberikan tindakan yang tepat sehingga pengaruh negatif dari emosi tersebut tidak berdampak lebih jauh pada anak.
Kemampuan-kemampuan sederhana yang dapat membantu pendidik mengenali perilaku sosial emosional anak, terutama berkaitan dengan pengaruh terhadap aktivitas dan kehidupan anak, diantaranya sebagai berikut :
1.    Kemampuan mendekati anak dalam keadaan apapun.
2.    Kemampuan mengamati atau mengobservasi berbagai karakter emosi dan perilaku sosial anak.
3.    Kemampuan dan keterampilan dalam merekam, mecatat, dan membuat prediksi- prediksi untuk  perbuatan apa yang akan menyertainya.
4.    Untuk mendukung kemampuan tersebut, sebaiknya pendidikan bersifat objektif, bertidak sesuai kadar, dan tingkatan ekspresiyang akan ditampilkan anak.



B.  BENTUK HUBUNGAN SOSIAL EMOSIONAL DENGAN AKTIVITAS DAN KEHIDUPAN
Gambaran tentang pola atau bentuk hubungan dan pengaruh emosi terhadap kehidupan seorang anak dapat digambarkan secara umum melalui ilustrasi berikut.
Pertama, emosi yang melekat pada seorang anak akan mewarnai pendangannya terhadap kehidupan dan dimensi-dimensinya.
Kedua, emosi akan sangat mempengaruhi interaksi sosial seorang anak
Ketiga, reaksi emosional apabila diulang-ulang akan berkembang menjadi suatu kebiasaan.
Secara lebih khusus, Yusuf (2001) menyatakan bahwa perubahan emosi akan mengakibatkan beberapa perilaku tertentu, diantaranya sebagai berikut :
1.    Memperkuat semangat
2.    Melemahkan semangat
3.    Menghambat atau mengganggu konsentrasi belajar
4.    Mengganggu penyesuaian sosial
5.    Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya akan mempengaruhi sikapnya dikemudian hari, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.

C.  MENGARAHKAN HUBUNGAN SOSIAL EMOSIONAL DENGAN AKTIVITAS DAN KEHIDUPAN
Tugas pendidik adalah mengarahkan emosi anak ke pola hubungan yang bersifat positif, artinya yang dapat mengembangkan emosi anak ke arah kesanggupan (keterampilan) sosial untuk beraktivitas dan mengisi kehidupannya menjadi lebih sempurna dan diterima lingkungan sosialnya. Lebih khusus lagi, pendidik hendaknya dapat mengarahkan semua anak belajar tentang bagaimana cara menyalurkan energi emosional yang berlebihan agar mereka tidak menderita kerusakan fisik dan psikologis terlalu besar apabila sewaktu-waktu diperlukan pengendalian emosi. Tindakan pendidik dalam membantu mengarahkan anak agar dapat menyalurkan energi emosionalnya secara tepat diantaranya dengan cara berikut ini:
1.    Membantu menyibukkan diri anak dalam kegiatan sehari-hari, baik melalui bermain maupun dengan bekerja.
2.    Membantu menjalin hubungan emosional yang akrab, paling tidak dengan salah seorang anggota keluarga.
3.    Membantu menemukan seorang teman yang bisa menjadi akrab untuk anak menceritakan kesulitan dan mengadu.
4.    Hal yag terpenting adalah membantu mereka mengenali dirinya sendiri termasuk pentingnya tertawa, humor, tersenyum, juga termasuk memiliki rasa takut dan sebagainya.
Kunci utama cara membantu atau mengarahkan anak adalah dengan memberikan kasih sayang secara benar. Jika tidak mendapat kasih sayang maka mungkin akan berakibat sebagai berikut :
1.    Terhadap perkembang bahasa, yakni perkembangan bicara terlambat, anak sering mengalami gangguan bicara misalnya gagap.
2.    Terhadap kemampuan bergaul/sosialisasi, bereaksi secara negatif terhadap pendekatan orang lain, sukar diajak kerja sama, dan bersikap memusuhi.
3.    Terhadap kepribadian, kelaparan kasih sayang, cenderung mengarahkan perhatian pada diri sendiri, menaruh perhatian kecil pada orang lain, mementingkan diri sendiri, dan suka menuntut.
Dampak yang ditimbulkan bisa berjangka panjang dan berlangsung lama, dan cenderung menimbulkan malasuai apabila disertai kondisi lain yang tidak menyenangkan, misalnya menjadi hidup tidak bahagia.

3.    Keterkaitan Perkembangan Karakter dengan Aktivitas dan Kehidupannya
Setiap aspek perkembangan pada individu sudah dapat dipastikan tidak terjadi dan berdampak tunggal, tetapi cenderung akan berpengaruh pada aspek lainnya. Hal yang mungkin berpengaruh adalah segala aktivitas dan kehidupan dari individu yang menjalaninya.

A.  MENGENALI HUBUNGAN KARAKTER DENGAN AKTIVITAS DAN KEHIDUPAN ANAK
Pengembangan karakter yang terbaik adalah jika dimulai sejak usia dini. Semua pihak bertanggung jawab untuk membekali anak usia dini sebaik-baiknya, sehingga mereka kelak dapat mengisi kehidupannya dengan baik. Artinya aktivitas kehidupannya dapat diisi dan dijalani lebih positif, produktif, dan bermanfaat. Yang dapat disimpulkan dari makna tersebut yaitu bahwa terdapat hubungan yang erat antara keberhasilan pendidikan, khususnya keberhasilan pengembangan karakter dengan aktivitas dan kehidupan seseorang, termasuk seorang anak. Makna sebaliknya adalah jika terdapat kegagalan dalam pendidikan karakter, maka anak akan mendapatkan dan dihadapkan dengan berbagai masalah dalam aktivitas dan kehidupannya, baik secara jangka pendek maupun kelak setelah ia dewasa.
Secara keseluruhan dampak dari kegagalan pendidikan karakter adalah akan menghancurkan kehidupan anak, baik saat ia masih kanak-kanak maupun kelak ia dewasa. Lickona menyatakan secara akumulasi kegagalan pendidikan, khususnya pendidikan karakter akan menigkatkan dan mempercepat kehancuran suatu bangsa. Ia merangkum, terdapat 10 tanda yang berpengaruh terhadap kehancuran suatu bangsa, yaitu :
1.      Meningkatnya kekerasan dikalangan remaja
2.      Penggunaan bahasa dan kata-kata yang buruk
3.      Pengaruh perr-group (teman sebaya) yang kuat dalam tindak kekerasan
4.      Meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba, alkohol, dan seks bebas
5.      Semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk
6.      Menurunnya etos kerja
7.      Semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru
8.      Rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara
9.      Membudayakan ketidakjujuran, dan
10.  Adanya rasa saling curiga dan kebencian diantara sesama.

B.  MEMBANGUN KESELARASAN HUBUNGAN KARAKTER DENGAN AKTIVITAS DAN KEHIDUPAN
Karakter adalah kunci keberhasilan individu. Artinya jika aktivitas dan kehidupan seseorang ingin berhasil, maka syarat mutlaknya adalah harus didukung oleh kapasitas karakter yang memadai.
Pernyataan singkat diatas, memberi pesan bahwa pendidikan tidak boleh hanya mementingkan kecerdasan otak kiri (IQ) yang lazim disebut headstrart. Akan tetapi, harus lebih mementingkan kecerdasan emosi, yang dikenal dengan pendidikan menggunakan otak kanan, yang disebut heartstart. Bahkan untuk pendidikan anak usia dini, hendaklah mendahulukan pendidikan otak kanan, karena pada saat usia dini otak kana lebih dulu berkembang dibanding otak kirinya.
Terdapat perbedaan mendasar antara layanan pendidikan headstart dengan heartstart, pada metode headstrart, anak ditekankan “harus bisa” sehingga ada kecenderungan anak dipaksa belajar terlalu dini. Hal ini membuat anak stres, karena ada ketidaksesuaian dengan dunia bermain dan bereksplorasi yang saat itu sedang dialaminya. Sebaliknya pola heartstrart menekankan pentingnya anak mendapatkan pendidikan karakter, belajar dengan cara yang menyenangkan, dan terlibat aktif sebagai subjek bukan menjadi objek.
Hal tersebut didasarkan pada pertimbangan faktor-faktor yang dianggap menunjang keberhasilan seseorang. Terdapat tiga belas faktor kunci, dan dari ketiga belas faktor penunjang tersebut, sepuluh diantaranya adalah kualitas karakter seseorang dan hanya tiga yang berkaitan dengan faktor kecerdasan (IQ).
1.    Jujur dan Dapat Diandalkan
Kejujuran adalah sifat karakter yang paling mendasar dimiliki oleh seseorang. Akan tetapi, dalam menjalani kehidupan, jujur saja tidaklah cukup, ia juga harus menunjukkan diri sebagai insan yang dapat diandalkan. Begitu pentingnya sifat jujur yang berdampingan dengan sifat dapat diandalkan, maka kedua sifat tersebut hendaklah dapat ditanamkan sejak usia dini atau sejak usia masa kanak-kanak. Beragam cara dapat dilakukan oleh para guru pada saat anak sedang berada dan belajar dilembaga PAUD (TK), misalnya dengan membiasakan anak untuk berbicara dengan apa yang dirasakannya. Sedangkan pendidikan untuk anak agar menjadi insan yang dapat diandalkan sejak dini, yaitu mulai dengan hal-hal yang berkaitan dengan diri anak.
2.    Dapat Dipercaya dan Tepat Waktu
Dipercaya dan tepat waktu adalah suatu kesatuan karakter yang sebaiknya berjalan secara beriringan. Kepercayaan akan tumbuh biasanya bila seseorang dapat mengerjakan sesuatu dengan tepat waktu. Dan sebaliknya seseorang yang dapat memanfaatkan waktu dengan baik dan selalu dipenuhi dengan tepat waktu, maka akan menumbuhkan kepercayaan yang penuh. Oleh karena itu, sejak dini anak hendaklah dapat diarahkan untuk menjadi insan yang dapat dipercaya dengan menjalankan dan melaksanakan sesuatu dengan tepat waktu. 
3.    Dapat Menyesuaikan diri dengan Orang Lain
Penyesuaian diri merupakan faktor utama seseorang dapat hidup dengan baik dilingkungannya. Kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan akan merupakan kunci pembuka seseorang diterima atau ditolak oleh lingkungannya. Ajak dan arahkan anak sejak dini untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
4.    Dapat Bekerja Sama dengan Atasan
Manusia tidak dapat hidup sendiri, karena ia tercipta sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial akan dihadapkan pada cara-cara penyelesaian masalah dalam kehidupan dengan melibatkan manusia lainnya. Salah satu caranya adalah dengan melalui bekerja sama dengan orang lain. Bekerja sama merupakan suatu upaya menyelesaikan pekerjaan atau masalah agar lebih ringan serta dapat lebih cepat diselesaikan. Kemampuan bekerja sama dengan atasan merupakan bagian penting yang dapat mengantarkan kesuksesan seseorang ketika ia dewasa, terutama setelah memasuki dunia kerja. Oleh karena itu, anak sejak dini sudah diperkenalkan cara-cara bekerja sama bukan hanya dengan temannyam tetapi juga dengan orang-orang yang berbeda kedudukannya dan bahkan dengan yang dianggap lebih tinggi posisinya.
5.    Dapat Menerima dan Menjalankan Kewajiban
Kemampuan menerima dan menjalankan kewajiban merupakan satu kesatuan karakter yang tidak dapat dipisahkan. Kemampuan menerima merupakan sikap mental berupa kesiapsediaan diri untuk menjalankan sesuatu dengan sebaik-baiknya sedangkan menjalankan kewajiban adalah perwujudan dan konsekuensi langsung (logis) dari kesediaan penerimaan. Kemampuan tersebut hendaklah dapat ditanamkan kepada setiap anak sejak dini, karena merupakan bagian dari kehidupan yang tidak dapat dipisahkan.
6.    Mempunyai Motivasi Kuat untuk Terus Belajar dan Meningkatkan Kualitas Diri
Motivasi adalah sifat karakter yang sangat positif dan harus terbentuk pada setiap manusia. Motivasi merupakan penggerak yang kuat bagi seseorang dalam melaksanakan sesuatu. Salah satu motivasi yang harus dipelihara dan ditanamkan sejak dini adalah motivasi untuk terus belajar dan meningkatkan kualitas diri. Kedua motivasi tersebut amat penting karena dapat mengantarkan seseorang menjadi insan yang semakin hari semakin meningkat kualitasnya. Untuk dapat mengantarkan anak dapat memiliki motivasi tersebut, sejak dini mereka dapat diperkenalkan dan diingatkan tentang manfaat dan makna belajar bukan hanya harus belajar. Sejak dini juga anak-anak diminta untuk berbuat dan mengerjakan sesuatu agar lebih baik dari waktu atau hari sebelumnya.
7.    Berpikir Bahwa Dirinya Berharga
Penghargaan dan pengakuan terhadap diri sendiri merupakan dasar karakter yang amat penting. Penghargaan terhadap keberadaan diri sendiri bahwa dirinya berharga akan mendorong cara berfikir dan cara bertindak yang positif terhadap dirinya itu. Seseorang yang menghargai dirinya akan senantiasa menjaga dirinya dari perbuatan yang keliru dan negatif. Dengan kata lain dalam menjalani kehidupannya akan lebih terkendali. Untuk itu sejak dini anak hendaklah dibimbing agar memiliki kemampuan menghargai diri sendiri tersebut. Cara menanamkannya sejak dini dapat dilakukan melalui pengakuan dan menghargai anak seutuhnya. Cara lainnya adalah keberhasilan anak atas tugas dan pekerjaannya hendaklah diikuti dengan pujian, dan itu akan menguatkan tumbuhnya menghargai diri sendiri serta percaya diri bahwa ia mampu.
8.    Dapat Berkomunikasi dan Mendengarkan Secara Efektif
Kemampuan berkomunikasi dan mendengarkan adalah kemampuan yang dapat menunjukkan dan memunculkan karakter seseorang secara nyata. Dalam komunikasi dan cara mendengarkan yang ditunjukkan akan menemukan potret karakter seseorang. Makanya penting seseorang memiliki kemampuan berkomunikasi dan mendengarkan yang berkarakter. Oleh karena karakter merupakan bagian utuh dari berkomunikasi dan mendengarkan, seringkali sangat sulit dipisahkan. Untuk itu komunikasi dan mendengarkan yang efektif sering disebut secara langsung sebagai karakter tersendiri. Guru dan orang tua sejak dini harus membimbing anak-anak untuk dapat memiliki kemampuan berkomunikasi dan mendengarkan yang efektif.
9.    Dapat Bekerja Mandiri dengan Kontrol Terbatas
Kemampuan bekerja mandiri dengan penuh inisiatif merupakan sikap positif yang snagat baik. Jika diperlukan pengendalian sebaiknya kontrolnya terbatas saja. Mengapa? Karena sifat tanggung jawab atas pekerjaan dan permasalahan yang dihadapi oleh seseorang sebetulnya bersifat penuh. Meskipun ada kekecualian biasanya karena memang dihadapkan pada keterbatasan-keterbatasan, baik secara fisik maupun mental. Sejak dini anak sudah dibimbing untuk mampu bekerja secara mandiri. Cara yang dapat dilakukan oleh guru dan orang tua adalah dengan membiasakan dan memberikan kesempatan kepada anak untuk dapat melakukan tugas atau pekerjaan atau menghadapi masalah dengan penuh waktu atau leluasa.
10.              Dapat Menyelesaikan Masalah Pribadi dan yang Menjadi Tanggung Jawabnya (Profesinya)
Kemampuan menolong diri sendiri merupakan karakter utama yang harus dimiliki seseorang. Meskipun hidup ini dalam satu komunitas, atau dalam kelompok (masyarakat) sosial, minimum dalam keluarga. Akan tetapi, tetap keharusan menghadapi dan menyelesaikan masalah melekat secara individu kepada masing-masing orang dalam komunitasnya itu. Masalah-masalah pribadi sebaiknya diselesaikan secara mandiri karena merupakan bagian tugas menjalani kehidupan. Hendaklah berhati-hati dalam mengkomunikasikan masalah pribadi kepada siapapun, kecuali pada orang atau pihak yang dianggap tepat. Untuk itu sejak dini anak hendaklah sudah dibimbing dalam mengenali masalah pribadi serta cara-cara menyelesaikannya. Harapannya kelak setiap anak mampu membedakan dan menempatkan kedudukan masalah pribadi dan bukan pribadi serta dapat menyelesaikannya dengan tepat.
11.              Mempunyai Kemampuan Dasar (Kecerdasan)
Kemampuan dasar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kekuatan karakter melekat atau pudarnya pada diri seseorang. Kekuatan karakter diawali memang melekat secara kognitif yang kemudian terwujud dalam afeksi dan tindakan. Maksudnya wujud karakter yang ditampilkan oleh seseorang dipengaruhi oleh kecerdasannya (kognitif). Kognitif biasanya berkaitan dengan mengingat dan memahami nilai karakter dan wujud perilaku apa yang harus ditampilkan sesuai harapan di luar dirinya. Dari tahapan kognitif itulah kemudian dilakukan secara berulang-ulang dan akhirnya menjadi kebiasaan. Dari pembiasaan yang terus-menerus, selanjutnya akan mengkristal menjadi kepribadian yang sesungguhnya pada seseorang. Jadi, sejak dini secara bertahap, kecerdasan berkarakter anak harus sering di asah. Kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru adalah mulai dari anak dibiasakan membaca ikrar pagi sebelum kegiatan di TK (PAUD), mengingat peraturan dalam mengikuti kegiatan, dan sebagainya.
12.              Dapat Membaca dengan Pemahaman Memadai
Membaca dengan pemahaman adalah membaca yang bukan hanya menangkap pesan dari kata atau kalimat tersurat yang dibacanya. Membaca dengan pemahaman lebih jauh yaitu menangkap makna dari tulisan (simbol) dan atau kalimat yang tertera. Kemapuan seperti ini sepertinya sulit untuk ditanamkan sejak dini, tetapi sesungguhnya sangat memungkinkan dilakukan asalkan dilaksanakan secara bertahap dan pelan-pelan (penuh kesabaran). Kata kuncinya adalah dari pendidik hendaklah berupaya membantu secara tepat anak dalam menangkap pesan tersirat dari materi bacaan yang dibaca oleh anak. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan bercerita atau mendongeng dengan bantuan media (buku) cerita. Rambu-rambunya adalah pendidik hendaklah dapat memilih buku cerita jangan yang terlalu banyak tulisannya, terutama bagi anak yang diusia awal. Pilihlah buku bacaan atau buku cerita yang didukung oleh gambar (ilustrasi) yang memadai sehingga anak dapat terbantu dalam memahami bacaan yang terkandung didalam teks-nya (tulisannya).
13.              Mengerti Dasar-dasar Matematika (Berhitung)
Penguasaan dasar-dasar matematika terutama berkaitan dengan dasar-dasar berhitung diperlukan oleh setiap orang bukan hanya oleh orang yang berminat pada matematika atau ahli matematika saja. Matematika merupakan sebagian dari perwujudan kehidupan. Guru dan orang tua harus sejak dini mengupayakan bahwa anak secara matematis mampu memngukur karakter yang perlu dimiliki dan yang perlu dijauhi. Caranya dapat dilakukan dengan sederhana, baik diawal kegiatan, di inti kegiatan maupun diakhir setiap kegiatan yang dilaksanakan di TK atau PAUD. Misalnya, diawal kegiatan guru dapat mengecek perilaku anak yang dikaitkan dengan kemampuan dasar matematika, seperti siapa yang sudah mandi? (karakter), jam berapa mandinya? (matematika). Dapat juga, siapa yang gosok gigi hari ini? (karakter), berapa kali kalian gosok gigi? (matematika), dan sebagainya.


BAB III
PENUTUP

1.    Kesimpulan
Perkembangan sosial emosional berperan penting dalam kehidupan anak, selain ity, berpengaruh pada dimensi dan aspek perkembangan lainnya. Agar pengaruh dapat dikenali dan dapat ditanggapi secara positif, kita perlu mengkaji keterkaitan antar bidang perkembangan tersebut sehingga menjadi sarana efektif dalam mengembangkan pribadi anak secara keseluruhan. Keterkaitan perkembangan sosial emosional dengan perkembangan lainnya adalah :
1.    Keterkaitan perkembangan sosial emosional dengan perkembangan fisik, mental maupun psikologi anak.
2.    Keterkaitan perkembangan sosial emosional dengan aktivitas dan kehidupan anak.
3.    Keterkaitan perkembangan karakter dengan aktivitas dan kehidupan anak.

2.    Saran
Demikianlah makalah yang saya buat semoga bermanfaat bagi pembaca apabila ada saran yang ingin disampaikan, silahkan sampaikan kepada saya apabila terdapat kesalahan mohon dimaafkan dan memakluminya, karena saya masih dalam proses belajar.





DAFTAR PUSTAKA

Nugraha, Ali, M.Pd. (2014). Buku Materi Pokok Metode Pengembangan Sosial Emosional. Cetakan Kelima, Edisi Pertama. Tangerang Selatan : Universitas Terbuka.
Hurlock, Elizabeth B. (1999) Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga
Wikipedia.com
 

”Strategi Pengembangan Emosi Pada Anak Usia TK”

PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA DINI Dosen Pengampu: Mustika Dewi Muttaqien, M.Si “Strategi Pengembangan Emosi Pada Anak Usia ...