Sabtu, 23 Desember 2017

"Model Belajar Mengajar Kreatif"


PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI
Dosen Pengampu: Mustika Dewi Muttaqien, M.Si
“Model Belajar Mengajar Kreatif”




Disusun Oleh :
Putri Adipura
2015330017




SEMESTER 5
KELAS REGULER
JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-HAMIDIYAH
JAKARTA
2017



KATA PENGANTAR



Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji hanya bagi Allah Swt Tuhan semesta Alam. Allah yang telah memberikan nikmat iman dan islam kepada kita. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada baginda Nabi Besar Muhammad Saw, keluarganya, sahabatnya, dan kita sebagai generasi penerus hingga akhir zaman.

Alhamdulillah saya dapat berhasil menyelesaikan sebuah makalah tentang ”Model Belajar Mengajar Kreatif.

Demikian pula dengan makalah ini, masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun tetap saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb
                                                                                                       
                                                                          
 Depok,  23 November 2017  


                                                                                                                    Putri Adipura









BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Kurikulum 2004 berbasis kompetensi (KBK), yang diperbaharui dengan Kurikulum 2006 (KTSP), telah berlaku selama 4 tahun dan semestinya dilaksanakan secara utuh pada setiap sekolah. Namun pada kenyataannya, pelaksanaan pembelajaran di sekolah, masih kurang memperhatikan ketercapaian kompetensi siswa. Hal ini tampak pada RPPH yang dibuat oleh guru dan dari cara guru mengajar di kelas masih tetap menggunakan cara lama, yaitu dominan menggunakan metode ceramah-ekspositori. Guru masih dominan dan siswa resisten, guru masih menjadi pemain dan siswa penonton, guru aktif dan siswa pasif. Paradigma lama masih melekat karena kebiasaan yang susah diubah, paradigma mengajar masih tetap dipertahankan dan belum berubah menjadi paradigma membelajarkan siswa. Padahal, tuntutan KBK, pada penyusunan RPP menggunakan istilah skenario pembelajaran untuk pelaksanaan pembelajaran di kelas, ini berarti bahwa guru sebagai sutradara dan siswa menjadi pemain, jadi guru memfasilitasi aktivitas siswa dalam mengembangkan kompetensinya sehingga memiliki kecakapan hidup (life skill) untuk bekal hidup dan penghidupannya sebagai insan mandiri.
Demikian pula, pada pihak siswa, karena kebiasaan menjadi penonton dalam kelas, mereka sudah merasa enjoy dengan kondisi menerima dan tidak biasa memberi. Selain dari karena kebiasaan yang sudah melekat mendarah daging dan sukar diubah, kondisi ini kemungkinan disebabkan karena pengetahuan guru yang masih terbatas tentang bagaimana siswa belajar dan bagaimana cara membelajarkan siswa. Karena penghargaan terhadap profesi guru sangat minim, boro-boro sempat waktu untuk membaca buku yang aktual, mereka sangat sibuk untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, dan memang itu kewajiban utama, apalagi untuk membeli buku pembelajaran yang inovatif. Mereka bukan tidak mau meningkatkan kualitas pemebelajaran, tetapi situasi dan kondisi kurang memungkinkan. Permasalahannya adalah bagaimana mengubah kebiasaan prilaku guru dalam kelas, mengubah paradigma mengajar menjadi membelajarkan, sehingga misi KBK dapat terwujud. Dengan paradigma yang berubah, mudah-mudahan kebiasaan murid yang bersifat pasif sedikit demi sedikit akan berubah pula menjadi aktif.

B.  Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud belajar mengajar kreatif ?
2.    Apa saja model belajar mengajar kreatif ?

C.  Tujuan Masalah
1.    Untuk  mengetahui dan memahami yang dimaksud belajar mengajar kreatif
2.    Untuk mengetahui macam-macam model belajar mengajar kreatif




BAB II
PEMBAHASAN

A.  Belajar Mengajar Kreatif
Belajar merupakan suatu bagian dari sisi kehidupan manusia. Proses belajar melibatkan siapa yang diajar dan siapa pengajarnya, sedangkan apa yang kita harapkan dari belajar adalah memperoleh sesuatu yang baru dan menarik. Sesuatu yang baru, orisinil dan unik dapat merupakan hasil kreatifitas. Oleh karena itu dibutuhkan proses pembelajaran yang kreatif.
Dalam proses belajar mengajar sangat diperlukan strategi pembelajaran yang sangat baik dan cocok untuk situasi dan kondisi siswa. Strategi yang sangat cocok dan menarik peserta didik dalam pembelajaran sekarang ini dikenal dengan nama PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan).
Dalam pembelajaran Model PAKEM, seorang guru mau tidak mau harus berperan aktif, proaktif dan kreatif untuk mencari dan merancang media/bahan ajar alternatif yang mudah, murah dan sederhana. Tetapi tetap memiliki relevansi dengan tema mata pelajaran yang sedang dipelajari siswa. Para guru dapat memilih dan merancang media pembelajaran alternatif dengan menggunakan berbagai sumber lainnya, seperti bahan baku yang murah dan mudah di dapat, seperti bahan baku kertas/plastik, tumbuh-tumbuhan, kayu dan sebagainya, guna memotivasi dan merangsang proses pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan.
PAKEM adalah sebuah model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mengejakan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan keterampilan dan pemahaman dengan penekanan kepada belajar sambil bekerja, sementara guru menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan efektif.



B.  Model Belajar Mengajar Kreatif
1.    Taksonomi Bloom untuk Sasaran Ranah Kognitif
Dalam taksonomi bloom terdiri dari enam tingkat perilaku kognitif, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Tingkat
Keterampilan
Contoh Pertanyaan/Kegiatan
Pengetahuan
-          Menghafal
-          Mengingat
Apakah lambang kimia untuk air?
Pemahaman
-          Menerjemahkan
-          Menghubungkan
-          Menafsirkan
Ceritakan kembali “putri salju” dengan kata-katamu sendiri!
Penerapan
-          Menerapkan
-          Mempertunjukan
-          Menggunakan informasi dalam situasi baru
Jika John mempunyai empat duku dan Ani mempunyai dua, berapa banyak duku mereka bersama-sama?
Analisis
-          Mengategorikan
-          Mengklasifikasi
-          Memotong, membedah
Buatlah peta cuaca untuk bulan Desember!

Sintesis
-          Mengembangkan
-          Merancang
-          Mencipta
Rancanglah logo kelasmu!
Evaluasi
-          Mempertimbangkan
-          Memutuskan
-          Menyarankan
Bagaimana pendapatmu tentang prestasimu hari ini?

Manfaat penggunaan model ini adalah digunakan sebagai cara untuk mengembangkan dan mengevaluasi pertanyaan yang diajukan guru pada siswa. Biasanya kebanyakan pertanyaan ada pada tingkat pengetahuan dan pemahaman, sehingga kurang memberikan tantangan pada siswa yang berbakat.


2.    Model stuktur intelek dari Guildford

Guildford menciptakan suatu intelegensi yang dimaksud untuk menampilkan semua kemampuan intelek manusia. Stuktur intelektual meliputi dimensi konten (isi), produk dan operasi. Yang lebih menjadi perhatian di sini adalah operasi, karena berkaitan dengan proses belajar-mengajar.
Operasi intelektual menunjukkan macam proses pemikiran yang berlangsung. Ada lima kategori operasi yang dapat dirumuskan, diantaranya:
Ø Kognisi ialah penerimaan dan pengenalan kembali informasi, proses terbuntuknya pengertian.
Ø Ingtan ialah pemantapan informasi yang baru diperoleh.
Ø Berfikir konvergen ialah pemberi jawaban yang logis.
Ø Berfikir divergen ialah memberi macam-macam kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada keragaman jumlah dan kesesuaian.
Ø Evaluasi atau penilaian ialah membuat pertimbangan dengan membandingkan bahan-bahan informasi sesuai dengan tolak ukur tertentu.

Manfaat penggunaan model ini adalah  mempunyai banyak kegunaan untuk pendidikan anak berbakat. Disamping meluaskan dan mendalami sasaran belajar berdasarkan gabungan dari dimensi isi, produk dan proses, guru kelas dapat memberi pelajaran dengan melatih proses pemikiran yang beragam.

3.    Model Multiple Talents Taylor

Taylor membedakan enam talenta yang dapat dikembangkan di sekolah yaitu konten akedemik, kreativitas, keterampilan merencanakan, komunikasi, prediksi dan pengambilan keputusan.
Kreatifitas ialah kemampuan untuk melihat atau memikirkan hal-hal yang luar biasa. Memadukan informasi yang tampaknya tidak berhubungan dan mencetuskan solusi-solusi baru yang menunjukkan kelancaran, kelenturan dan orisinaliatas dalam berpikir.
Bidang kreatifitas mencakup unsur-unsur menemukan, menggabungkan, membangun, mengarang dan mendesain, merancang, merubah dan menambah (Munandar, 1999). Inti dari model ini adalah merubah pandangan guru tentang siswa bahwa siswa tidak dipandang lagi sebagai penerima informasi melainkan sebagi pemikir, pencipta, komunikator, inovator, organisator dan pengambil keputusan.

4.    Model Treffinger untuk Mendorong Belajar Kreatif

Kreatifitas merupakan salah satu kemampuan yang ditingkatkan terutama pada program anak berbakat. Dalam model ini diperlukan pendekatan kompherensif untuk menbantu siswa menggali kemampuannya. Model treffnger terdiri dari langkah-langkah berikut:

Ø Tingkat I Basic tool atau teknik kreatifitas I meliputi keterampilan berpikir divergen dan teknik-teknik kreatif.
Ø Tingkat II atau Practice with process yaitu memberi kesempatan kepada siswa untuk menerapkan apa yang telah dipelajari pada tingkat I dalam situasi praktis.
Ø Tingkat III atau working with real problem, yaitu menerapkan keterampilan yang dipelajari pada tingkat I terhadap tantangan pada dunia nyata.
Manfaat model ini adalah mendorong belajar kreatif terhadap pengembangan kurikulum siswa berbakat yang menunjukkan peningkatan dari keterampilan tidak terbatas pada keterampilan dasar.

5.    Model Enrichment Triad dari Renzulli

Model ini dapat digunakan untuk program pengayaan anak berbakat mencangkup banyak kesempatan untuk mengembangkan keterampilan, meberikan guru suatu cara untuk menangani kecepatan dan kedalaman belajar serta minat yang beragam dari anak berbakat. Model ini menggunakan tiga jenis pengayaan untuk memberi program yang sesuai bagi anak berbakat: general exploratory activities, group training activity, dan small group investigation of real-world problems.



6.    Model Williams untuk Perilaku Kognitif-Afektif di Dalam Kelas

Model Williams menampilkan secara tiga dimensional bagaimana kurikulum, strategi mengajar, dan perilaku siswa berinteraksi dalam meningkatkan pemikiran. Kreatifitas perlu diterapkan secara menyeluruh dalam kurikulum dan bahwa siswa harus mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dalam semua bidang kegiatan mereka.
Manfaat penggunaan model ini adalah dapat digunakan juga untuk pengembangan program perorangan dalam kemampuan berfikir kreatif, serta dapat menjadi patokan seorang guru yang menginginkan pendekatan yang seimbang dalam peningkatan berfikir dan bersikap kreatif.

7.    Taksonomi Sasaran Belajar Efektif dari Krathwohl

Taksonomi ranah efektif dari Krathwohl terdiri dari lima tingkat: menerina (receiving), kesediaan untuk berespons (willngness to respons), menghargai (valuing), menyusun sistem nilai (organizing a value system), perwatakan (characterization) oleh komplek nilai.
Tingkat
Keterampilan
Contoh Pertanyaan/Kegiatan
Menerima
-          Mengindrai

-          Kesadaran
Meminta siswa untuk menunjukkan tiga emosi
Membaca buku yang seram
Menanggapi/berespons
-          Menuruti
-          Menyenangi
-          Berminat
Mengembangkan daftar aturan kelas bersama siwa
Memainkan “Tanah Airku: dan meminta siswa menggambarkan perasaan mereka
Menghargai/menilai
-          Menerima nilai
-          Bertindak konsisten
-          Menyakinkan
Meminta siswa menceritakan bagaimana tanggapan mereka terhadap dilema moral
Menempatkan pernyataan “Saya Percaya” yang ditulis siswa didepan
Mengorganisasi
-          Mensistemkan
-          Mensistesiskan
-          Menyesuaikan
-          Mengakomodasi

Jika Joe mengundang kamu ke suatu pesta pada hari yang sama kau menjanjikan adikmu untuk nonton film bersama, apa yang akan kau lakukan? Mengapa?
Perwatakan/Karaterisasi
-          Menginternalkan
-          Mengembangkan falsafah hidup
Bermain peran suatu situasi dimana siswa harus menunjukan nilai-nilai mereka
Mendiskusikan masalah etika dan hubungannya dengan sekolah, hukum, dan kedokteran.

Manfaat penggunaan model ini adalah digunakan sebagai cara untuk mengembangkan kegiatan yang seimbang sedemikian sehinga siswa dapat mengembangkan keterampilan pada semua tingkat. Atau dapat juga digunakan untuk menantang siswa mengembangkan sistem nilai mereka dam mengevaluasinya saat mereka maju.

8.    Model Pendidikan Integratif (Clark)

Model integrative Education dari Clark (1986) didasarkan atas riset tentang otak/pikiran dari dasawarsa terakhir. Kekuatan dari model ini ialah pendekatannya yang terpadu dalam belajar, melihat siswa sebagai individu yang berfungsi sepenuhnya dan mempunyai sistem interasi yang mempengaruhi kerja. Cara seorang siswa mereka akan mempengaruhi cara berfikirnya, begitu pula sebaliknya.

Model ini mempunyai tujuh komponen inti, diantaranya:
Ø Lingkungan belajar yang responsif
Ø Relaksasi dan mengurangi ketegengan
Ø Gerakan dan physical endcoding
Ø Menguasai bahasa dan perilaku
Ø Pilihan dan pengendalian yang diamati
Ø Aktivitas kognitif yang majemuk dan menantang
Ø Firasat dan integrasi

Manfaat model ini adalah menyampaikan informasi dengan cara yang terpadu, sesuai dengan cara berpikir banyak anak berbakat, dengan memasukkan teknik relaksasi dan mengurangi ketegangan, dan dalam bidang pengelolaan diri, siswa lebih dapat mengendalikan pembelajaran mereka dan mengembangkan keterampilan dasar yang dibutuhkan untuk belajar seumur hidup.















BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Banyak model belajar mengajar yang dapat digunakan dan bermanfaat bagi siswa. Dalam setiap model memiliki kelebihan dan keunia tersendiri, diantaranya:
1.    Taksonomi Bloom untuk sasaran ranah kognitif, memungkinan peningkatan berfikir kraetif melalui proses sistesis.
2.    Model stuktur intelektual dari Guildford, melalui kategori berfikir divergen, aspek-aspek seperti kelancaran, kelenturan, orisinalitas, dan elaborasi dalam berfikir dapat latih.
3.    Model Multiple Talent Taylor, terutama dapat digunakan dalam bidang kreatif-produktif agar dapat mengembangkan keterampilan berfikir kreatif.
4.    Model Treffinger untuk mendorong belajar kreatif, mengajukan tiga tingkat mulai yang relatif sederhana sampai dengan yang majemuk untuk belajar kreatif.
5.    Model Enrichment Triad dari Renzulli, memberi kesempatan pengalaman dan khususnya tiga tingkat (menyelidiki masalah nyata) merupakan tantangan bagi siswa berbakat.
6.    Model Williams pada perilaku Kognitif dan Afektif didalam Kelas mengingatkan kita bahwa perilau kreatif tidak hanya menuntut kemampuan berfikir kreatif tapi juga ciri-ciri afektif dari kreatifitas. Kedudukannya perlu ditumbuhkan didalam kelas.
7.    Taksonomi sasaran belajar efektif dari krathwohl, memiliki lima tingkat: menerina, kesediaan untuk berespons, menghargai, menyusun sistem nilai, perwatakan oleh komplek nilai. Model ini menekankan pentingnya mengembangkan sistem nilai pada semua siswa dan khususnya siswa berbakatyang mendasari perilaku mereka secara konsisten.
8.    Model Pendidikan Integratif (Clark) yang memerlukan perpaduan antara fungsi berfikir perasaan, pengindraan, dan firasat (intuisi).


B. Saran
Dalam menyusun makalah ini, penulis sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyajikan yang terbaik, namun penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan.




DAFTAR PUSTAKA

Semiawan, C. Munandar, A.S & Munandar, S. C.U. 1987. Memupuk Bakat dan Kreatifitas Siswa Sekolah Menengah. Jakarta: Gramedia.
Munandar, Utami. 1992. Pengembangan Bakat dan Kreatifitas Siswa Anak Sekolah. Jakarta: Gramedia.
Munandar, Utami. 1999. Pengembangan Bakat dan Kreatifita Anak Berbakat. Jakarta: PT Rineka Cipta.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

”Strategi Pengembangan Emosi Pada Anak Usia TK”

PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA DINI Dosen Pengampu: Mustika Dewi Muttaqien, M.Si “Strategi Pengembangan Emosi Pada Anak Usia ...