PENGEMBANGAN
KREATIVITAS ANAK USIA DINI
Dosen Pengampu: Mustika Dewi
Muttaqien, M.Si
“Model Belajar
Mengajar Kreatif”
Disusun
Oleh :
Putri Adipura
2015330017
SEMESTER 5
KELAS REGULER
JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK
USIA DINI
SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM AL-HAMIDIYAH
JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji hanya bagi Allah Swt
Tuhan semesta Alam. Allah yang telah memberikan nikmat iman dan islam kepada
kita. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada baginda Nabi Besar Muhammad
Saw, keluarganya, sahabatnya, dan kita sebagai generasi penerus hingga akhir
zaman.
Alhamdulillah saya dapat berhasil
menyelesaikan sebuah makalah tentang ”Model Belajar Mengajar Kreatif”.
Demikian pula dengan makalah ini,
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun
tetap saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Depok, 23 November 2017
Putri Adipura
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum 2004
berbasis kompetensi (KBK), yang diperbaharui dengan Kurikulum 2006 (KTSP),
telah berlaku selama 4 tahun dan semestinya dilaksanakan secara utuh pada
setiap sekolah. Namun pada kenyataannya, pelaksanaan pembelajaran di sekolah,
masih kurang memperhatikan ketercapaian kompetensi siswa. Hal ini tampak pada
RPPH yang dibuat oleh guru dan dari cara guru mengajar di kelas masih tetap
menggunakan cara lama, yaitu dominan menggunakan metode ceramah-ekspositori. Guru
masih dominan dan siswa resisten, guru masih menjadi pemain dan siswa penonton,
guru aktif dan siswa pasif. Paradigma lama masih melekat karena kebiasaan yang
susah diubah, paradigma mengajar masih tetap dipertahankan dan belum berubah
menjadi paradigma membelajarkan siswa. Padahal, tuntutan KBK, pada penyusunan
RPP menggunakan istilah skenario pembelajaran untuk pelaksanaan pembelajaran di
kelas, ini berarti bahwa guru sebagai sutradara dan siswa menjadi pemain, jadi
guru memfasilitasi aktivitas siswa dalam mengembangkan kompetensinya sehingga
memiliki kecakapan hidup (life skill) untuk bekal hidup dan penghidupannya
sebagai insan mandiri.
Demikian pula,
pada pihak siswa, karena kebiasaan menjadi penonton dalam kelas, mereka sudah
merasa enjoy dengan kondisi menerima dan tidak biasa memberi. Selain dari
karena kebiasaan yang sudah melekat mendarah daging dan sukar diubah, kondisi
ini kemungkinan disebabkan karena pengetahuan guru yang masih terbatas tentang
bagaimana siswa belajar dan bagaimana cara membelajarkan siswa. Karena
penghargaan terhadap profesi guru sangat minim, boro-boro sempat waktu untuk
membaca buku yang aktual, mereka sangat sibuk untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya, dan memang itu kewajiban utama, apalagi untuk membeli buku
pembelajaran yang inovatif. Mereka bukan tidak mau meningkatkan kualitas
pemebelajaran, tetapi situasi dan kondisi kurang memungkinkan. Permasalahannya
adalah bagaimana mengubah kebiasaan prilaku guru dalam kelas, mengubah
paradigma mengajar menjadi membelajarkan, sehingga misi KBK dapat terwujud.
Dengan paradigma yang berubah, mudah-mudahan kebiasaan murid yang bersifat
pasif sedikit demi sedikit akan berubah pula menjadi aktif.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud belajar mengajar kreatif ?
2. Apa
saja model belajar mengajar kreatif ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui dan memahami yang dimaksud belajar
mengajar kreatif
2. Untuk
mengetahui macam-macam model belajar mengajar kreatif
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Belajar Mengajar Kreatif
Belajar
merupakan suatu bagian dari sisi kehidupan manusia. Proses belajar melibatkan
siapa yang diajar dan siapa pengajarnya, sedangkan apa yang kita harapkan dari
belajar adalah memperoleh sesuatu yang baru dan menarik. Sesuatu yang baru,
orisinil dan unik dapat merupakan hasil kreatifitas. Oleh karena itu dibutuhkan
proses pembelajaran yang kreatif.
Dalam
proses belajar mengajar sangat diperlukan strategi pembelajaran yang sangat
baik dan cocok untuk situasi dan kondisi siswa. Strategi yang sangat cocok dan
menarik peserta didik dalam pembelajaran sekarang ini dikenal dengan nama PAKEM
(Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan).
Dalam
pembelajaran Model PAKEM, seorang guru mau tidak mau harus berperan aktif,
proaktif dan kreatif untuk mencari dan merancang media/bahan ajar alternatif yang
mudah, murah dan sederhana. Tetapi tetap memiliki relevansi dengan tema mata
pelajaran yang sedang dipelajari siswa. Para guru dapat memilih dan merancang
media pembelajaran alternatif dengan menggunakan berbagai sumber lainnya,
seperti bahan baku yang murah dan mudah di dapat, seperti bahan baku
kertas/plastik, tumbuh-tumbuhan, kayu dan sebagainya, guna memotivasi dan
merangsang proses pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan.
PAKEM
adalah sebuah model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mengejakan
kegiatan yang beragam untuk mengembangkan keterampilan dan pemahaman dengan
penekanan kepada belajar sambil bekerja, sementara guru menggunakan berbagai
sumber dan alat bantu belajar termasuk pemanfaatan lingkungan supaya
pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan efektif.
B. Model Belajar Mengajar Kreatif
1. Taksonomi
Bloom untuk Sasaran Ranah Kognitif
Dalam taksonomi
bloom terdiri dari enam tingkat perilaku kognitif, yaitu pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Tingkat
|
Keterampilan
|
Contoh Pertanyaan/Kegiatan
|
Pengetahuan
|
-
Menghafal
-
Mengingat
|
Apakah
lambang kimia untuk air?
|
Pemahaman
|
-
Menerjemahkan
-
Menghubungkan
-
Menafsirkan
|
Ceritakan
kembali “putri salju” dengan kata-katamu sendiri!
|
Penerapan
|
-
Menerapkan
-
Mempertunjukan
-
Menggunakan informasi dalam
situasi baru
|
Jika
John mempunyai empat duku dan Ani mempunyai dua, berapa banyak duku mereka
bersama-sama?
|
Analisis
|
-
Mengategorikan
-
Mengklasifikasi
-
Memotong, membedah
|
Buatlah
peta cuaca untuk bulan Desember!
|
Sintesis
|
-
Mengembangkan
-
Merancang
-
Mencipta
|
Rancanglah
logo kelasmu!
|
Evaluasi
|
-
Mempertimbangkan
-
Memutuskan
-
Menyarankan
|
Bagaimana
pendapatmu tentang prestasimu hari ini?
|
Manfaat
penggunaan model ini adalah digunakan sebagai cara untuk mengembangkan dan
mengevaluasi pertanyaan yang diajukan guru pada siswa. Biasanya kebanyakan
pertanyaan ada pada tingkat pengetahuan dan pemahaman, sehingga kurang
memberikan tantangan pada siswa yang berbakat.
2. Model
stuktur intelek dari Guildford
Guildford menciptakan
suatu intelegensi yang dimaksud untuk menampilkan semua kemampuan intelek
manusia. Stuktur intelektual meliputi dimensi konten (isi), produk dan operasi.
Yang lebih menjadi perhatian di sini adalah operasi, karena berkaitan dengan
proses belajar-mengajar.
Operasi
intelektual menunjukkan macam proses pemikiran yang berlangsung. Ada lima
kategori operasi yang dapat dirumuskan, diantaranya:
Ø Kognisi
ialah penerimaan dan pengenalan kembali informasi, proses terbuntuknya
pengertian.
Ø Ingtan
ialah pemantapan informasi yang baru diperoleh.
Ø Berfikir
konvergen ialah pemberi jawaban yang logis.
Ø Berfikir
divergen ialah memberi macam-macam kemungkinan jawaban berdasarkan informasi
yang diberikan dengan penekanan pada keragaman jumlah dan kesesuaian.
Ø Evaluasi
atau penilaian ialah membuat pertimbangan dengan membandingkan bahan-bahan
informasi sesuai dengan tolak ukur tertentu.
Manfaat penggunaan
model ini adalah mempunyai banyak
kegunaan untuk pendidikan anak berbakat. Disamping meluaskan dan mendalami
sasaran belajar berdasarkan gabungan dari dimensi isi, produk dan proses, guru
kelas dapat memberi pelajaran dengan melatih proses pemikiran yang beragam.
3. Model
Multiple Talents Taylor
Taylor
membedakan enam talenta yang dapat dikembangkan di sekolah yaitu konten akedemik,
kreativitas, keterampilan merencanakan, komunikasi, prediksi dan pengambilan
keputusan.
Kreatifitas
ialah kemampuan untuk melihat atau memikirkan hal-hal yang luar biasa.
Memadukan informasi yang tampaknya tidak berhubungan dan mencetuskan solusi-solusi
baru yang menunjukkan kelancaran, kelenturan dan orisinaliatas dalam berpikir.
Bidang
kreatifitas mencakup unsur-unsur menemukan, menggabungkan, membangun, mengarang
dan mendesain, merancang, merubah dan menambah (Munandar, 1999). Inti dari
model ini adalah merubah pandangan guru tentang siswa bahwa siswa tidak
dipandang lagi sebagai penerima informasi melainkan sebagi pemikir, pencipta,
komunikator, inovator, organisator dan pengambil keputusan.
4. Model
Treffinger untuk Mendorong Belajar Kreatif
Kreatifitas
merupakan salah satu kemampuan yang ditingkatkan terutama pada program anak
berbakat. Dalam model ini diperlukan pendekatan kompherensif untuk menbantu
siswa menggali kemampuannya. Model treffnger terdiri dari langkah-langkah
berikut:
Ø Tingkat
I Basic tool atau teknik kreatifitas I meliputi keterampilan berpikir divergen
dan teknik-teknik kreatif.
Ø Tingkat
II atau Practice with process yaitu memberi kesempatan kepada siswa untuk
menerapkan apa yang telah dipelajari pada tingkat I dalam situasi praktis.
Ø Tingkat
III atau working with real problem, yaitu menerapkan keterampilan yang
dipelajari pada tingkat I terhadap tantangan pada dunia nyata.
Manfaat model ini
adalah mendorong belajar kreatif terhadap pengembangan kurikulum siswa berbakat
yang menunjukkan peningkatan dari keterampilan tidak terbatas pada keterampilan
dasar.
5. Model
Enrichment Triad dari Renzulli
Model ini dapat
digunakan untuk program pengayaan anak berbakat mencangkup banyak kesempatan
untuk mengembangkan keterampilan, meberikan guru suatu cara untuk menangani
kecepatan dan kedalaman belajar serta minat yang beragam dari anak berbakat.
Model ini menggunakan tiga jenis pengayaan untuk memberi program yang sesuai
bagi anak berbakat: general exploratory activities, group training activity,
dan small group investigation of real-world problems.
6. Model
Williams untuk Perilaku Kognitif-Afektif di Dalam Kelas
Model Williams
menampilkan secara tiga dimensional bagaimana kurikulum, strategi mengajar, dan
perilaku siswa berinteraksi dalam meningkatkan pemikiran. Kreatifitas perlu
diterapkan secara menyeluruh dalam kurikulum dan bahwa siswa harus
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dalam semua bidang kegiatan mereka.
Manfaat
penggunaan model ini adalah dapat digunakan juga untuk pengembangan program
perorangan dalam kemampuan berfikir kreatif, serta dapat menjadi patokan
seorang guru yang menginginkan pendekatan yang seimbang dalam peningkatan
berfikir dan bersikap kreatif.
7. Taksonomi
Sasaran Belajar Efektif dari Krathwohl
Taksonomi ranah
efektif dari Krathwohl terdiri dari lima tingkat: menerina (receiving),
kesediaan untuk berespons (willngness to respons), menghargai (valuing),
menyusun sistem nilai (organizing a value system), perwatakan
(characterization) oleh komplek nilai.
Tingkat
|
Keterampilan
|
Contoh Pertanyaan/Kegiatan
|
Menerima
|
-
Mengindrai
-
Kesadaran
|
Meminta
siswa untuk menunjukkan tiga emosi
Membaca
buku yang seram
|
Menanggapi/berespons
|
-
Menuruti
-
Menyenangi
-
Berminat
|
Mengembangkan
daftar aturan kelas bersama siwa
Memainkan
“Tanah Airku: dan meminta siswa menggambarkan perasaan mereka
|
Menghargai/menilai
|
-
Menerima nilai
-
Bertindak konsisten
-
Menyakinkan
|
Meminta
siswa menceritakan bagaimana tanggapan mereka terhadap dilema moral
Menempatkan
pernyataan “Saya Percaya” yang ditulis siswa didepan
|
Mengorganisasi
|
-
Mensistemkan
-
Mensistesiskan
-
Menyesuaikan
-
Mengakomodasi
|
Jika
Joe mengundang kamu ke suatu pesta pada hari yang sama kau menjanjikan adikmu
untuk nonton film bersama, apa yang akan kau lakukan? Mengapa?
|
Perwatakan/Karaterisasi
|
-
Menginternalkan
-
Mengembangkan falsafah hidup
|
Bermain
peran suatu situasi dimana siswa harus menunjukan nilai-nilai mereka
Mendiskusikan
masalah etika dan hubungannya dengan sekolah, hukum, dan kedokteran.
|
Manfaat
penggunaan model ini adalah digunakan sebagai cara untuk mengembangkan kegiatan
yang seimbang sedemikian sehinga siswa dapat mengembangkan keterampilan pada
semua tingkat. Atau dapat juga digunakan untuk menantang siswa mengembangkan
sistem nilai mereka dam mengevaluasinya saat mereka maju.
8. Model
Pendidikan Integratif (Clark)
Model
integrative Education dari Clark (1986) didasarkan atas riset tentang
otak/pikiran dari dasawarsa terakhir. Kekuatan dari model ini ialah
pendekatannya yang terpadu dalam belajar, melihat siswa sebagai individu yang
berfungsi sepenuhnya dan mempunyai sistem interasi yang mempengaruhi kerja.
Cara seorang siswa mereka akan mempengaruhi cara berfikirnya, begitu pula
sebaliknya.
Model ini
mempunyai tujuh komponen inti, diantaranya:
Ø Lingkungan
belajar yang responsif
Ø Relaksasi
dan mengurangi ketegengan
Ø Gerakan
dan physical endcoding
Ø Menguasai
bahasa dan perilaku
Ø Pilihan
dan pengendalian yang diamati
Ø Aktivitas
kognitif yang majemuk dan menantang
Ø Firasat
dan integrasi
Manfaat model
ini adalah menyampaikan informasi dengan cara yang terpadu, sesuai dengan cara
berpikir banyak anak berbakat, dengan memasukkan teknik relaksasi dan
mengurangi ketegangan, dan dalam bidang pengelolaan diri, siswa lebih dapat
mengendalikan pembelajaran mereka dan mengembangkan keterampilan dasar yang
dibutuhkan untuk belajar seumur hidup.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Banyak
model belajar mengajar yang dapat digunakan dan bermanfaat bagi siswa. Dalam
setiap model memiliki kelebihan dan keunia tersendiri, diantaranya:
1. Taksonomi
Bloom untuk sasaran ranah kognitif, memungkinan peningkatan berfikir kraetif
melalui proses sistesis.
2. Model
stuktur intelektual dari Guildford, melalui kategori berfikir divergen,
aspek-aspek seperti kelancaran, kelenturan, orisinalitas, dan elaborasi dalam
berfikir dapat latih.
3. Model
Multiple Talent Taylor, terutama dapat digunakan dalam bidang kreatif-produktif
agar dapat mengembangkan keterampilan berfikir kreatif.
4. Model
Treffinger untuk mendorong belajar kreatif, mengajukan tiga tingkat mulai yang
relatif sederhana sampai dengan yang majemuk untuk belajar kreatif.
5. Model
Enrichment Triad dari Renzulli, memberi kesempatan pengalaman dan khususnya
tiga tingkat (menyelidiki masalah nyata) merupakan tantangan bagi siswa
berbakat.
6. Model
Williams pada perilaku Kognitif dan Afektif didalam Kelas mengingatkan kita
bahwa perilau kreatif tidak hanya menuntut kemampuan berfikir kreatif tapi juga
ciri-ciri afektif dari kreatifitas. Kedudukannya perlu ditumbuhkan didalam
kelas.
7. Taksonomi
sasaran belajar efektif dari krathwohl, memiliki lima tingkat: menerina,
kesediaan untuk berespons, menghargai, menyusun sistem nilai, perwatakan oleh
komplek nilai. Model ini menekankan pentingnya mengembangkan sistem nilai pada
semua siswa dan khususnya siswa berbakatyang mendasari perilaku mereka secara
konsisten.
8. Model
Pendidikan Integratif (Clark) yang memerlukan perpaduan antara fungsi berfikir
perasaan, pengindraan, dan firasat (intuisi).
B. Saran
Dalam menyusun
makalah ini, penulis sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyajikan yang
terbaik, namun penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun
senantiasa penulis harapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Semiawan, C. Munandar, A.S &
Munandar, S. C.U. 1987. Memupuk Bakat dan Kreatifitas Siswa Sekolah Menengah.
Jakarta: Gramedia.
Munandar, Utami. 1992. Pengembangan
Bakat dan Kreatifitas Siswa Anak Sekolah. Jakarta: Gramedia.
Munandar, Utami. 1999. Pengembangan
Bakat dan Kreatifita Anak Berbakat. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar